Keindahan alam Indonesia ternyata tak hanya menjadi surga dunia bagi manusia, melainkan juga flora dan fauna yang senantiasa memperkaya kecantikan negara kepulauan ini. Selain menyajikan keindahan, sebagai negara tropis, Indonesia menawarkan kehangatan yang alami. Seperti yang dilakukan oleh kawanan Elang dari Mongolia dan Siberia, setiap musim dingin datang mereka yang berasal dari Mongolia dan Siberia akan bermigrasi ke Indonesia untuk menghangatkan diri.
Selain Lumajang dan kawasan Bromo Tengger Semeru, kawasan Garut menjadi lokasi favorit bagi para elang untuk singgah. Guntur, Halimun Salak, Kamojang, Papandayan, dan Telaga Bodas ternyata memiliki lanskap yang menyerupai keindahan keindahan Satoyama, sehingga kawasan tersebut menjadi titik favorit bagi para elang untuk bermigrasi. Indonesia patut berbangga, karena dari 311 jenis Elang yang ada di dunia, 70 jenisnya telah menghuni negara ini. Tak dapat dipungkiri bahwa sosok Elang Jawa, sang raptor endemik telah menjadi inspirasi Garuda sang lambang negara. Namun, tahukah Anda bahwa status Elang Jawa kini tengah mencapai ambang pintu kepunahan?
Meskipun lanskap Indonesia menjadi lokasi favorit bagi para Elang untuk membentangkan sayap, tetapi negara ini tak selamanya menyajikan keseamatan bagi mereka. Kerusakan habitat yang disebabkan oleh deforestasi, degradasi, dan fragmentasi hutan menjadi salah satu faktor yang mengancam keberadaan mereka. Tidak hanya itu, perburuan dan perdagangan ilegal disebut-sebut sebagai faktor utama yang menghadapkan satwa liar pada pintu kepunahan. Dalam lima tahun terakhir tercatat lebih dari 110 ekor Elang yang dinyatakan hilang akibat perburuan.
Seperti yang sudah kita ketahui, salah satunya adalah Elang Jawa yang statusnya kini dinyatakan sebagai endangered species. ”Jumlahnya kini di seluruh Indonesia tidak mencapai 1.000 pasang ekor, artinya di bawah batas aman populasi. Bila selama 20 tahun tidak ada upaya maka Elang Jawa akan punah.” jelas Zaini selaku Ketua RAIN (Raptor Indonesia).
Menghadapi ancaman tersebut, Pusat Konservasi Elang Kamojang yang mulai beroperasi pada 2014 lalu hingga kini masih berupaya untuk melakukan penyelamatan Elang di seluruh nusantara. Terletak di tanah Kamojang, kecamatan Ibun, kabupaten Bandung, pusat konservasi elang yang didirikan oleh Pertamina Geothermal Energy ini dilengkapi dengan fasilitas yang merujuk standar internasional dari IUCN (International Union for Conservation of Nature), GFAS (Global Facilities for Animal Sanctuary), dan IWRC (International Wildlife Rehabilitation Council).
Terdapat kandang-kandang karantina yang dihuni oleh elang yang datang dari berbagai daerah dengan kondisi yang berbebeda. Di antaranya adalah hasil serahan warga Sumedang dan Garut dan ada pula yang datang dengan kondisi terluka, seperti Trobin si Elang Brontok yang sayap kanannya terpaksa harus diamputasi sampai tulang radius-ulna. Selaku pihak pengelola, RAIN menerapkan rangkaian proses untuk mempersiapkan para raptor sebelum dilepasliarkan. Dimulai dari masa karantina, rehabilitasi medis, pelatihan terbang, dan pelepasliaran. “Tidak semua elang layak untuk dilepas, bila kondisi medisnya tidak mendukung maka ia akan tinggal dan mendapatkan perawatan di sini.” tutur Zaini.
Iqlima sang Elang Ular betina berusia enam bulan merupakan satu dari belasan penghuni yang beruntung. Dua hari sudah sejak dilepas pada tanggal 8 September ia akan hidup kembali di alam liar. Namun, pemantauan intensif akan dilakukan selama 21 hari oleh RAIN. Alat bantu transmitter yang diletakkan pada ekor Iqlima diharapkan dapat mempermudah pemantauan hingga dua tahun ke depan. “Kami masih terjun ke hutan untuk monitoring Iqlima. Makanan pun masih kita pasok di tempat-tempat tersembunyi. Kita latih secara perlahan untuk mengembalikan nalurinya sebagai satwa liar.” Ujar Dian salah satu relawan yang mendedikasikan dirinya untuk elang selama sejak tahun lalu.
Hingga saat ini Pusat Konservasi Elang Kamojang masih memiliki 16 ekor elang yang terdiri dari 2 ekor Elang Jawa, 5 ekor Elang Brontok, dan 9 Elang Ular, dan mereka semua tengah menjalani masa karantina. Dalam waktu dekat Pusat Konservasi Elang Kamojang akan menambahkan fasilitas edukasi yang akan dibuka untuk umum dengan tujuan dapat mengajak masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam menyelamatkan elang dari kepunahan. Selain itu, program ini selanjutnya akan melengkapi rangkaian destinasi Desa Wisata Kamojang.
Penulis | : | |
Editor | : | Faras Handayani |
KOMENTAR