Badak Indonesia adalah Badak Jawa (Rhinocerus sondaicus) yang terkenal akan cula satunya dan Badak Sumatra (Dicherorhinus sumatrensis) yang bercula dua. Kedua badak ini termasuk hewan yang dilindungi karena populasinya terancam punah.
Populasi Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon saat ini jumlahnya hanya 60 individu. Integritas habitatnya bersaing dengan pertumbuhan Arenga obtusifolia, sejenis tanaman palem yang menghalangi sinar matahari untuk menembus bagian bawah hutan. Hal ini menyebabkan sumber pangan alami badak tidak tumbuh. Hal ini merupakan ancaman serius bagi keberlangsungan populasi Badak Jawa yang hanya ada di Indonesia.
“Badak jawa harus segera dicarikan “rumah baru” sebagai habitat keduanya selain di Ujung Kulon. Ini adalah langkah mitigasi yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan populasi Badak Jawa di dunia,” ujar Dr. Arnold Sitompul, Direktur Konservasi WWF Indonesia.
Arnold menambahkan bahwa kondisi habitat Badak Jawa di TNUK sangat rentan oleh bencana alam, karena lokasinya yang dekat dengan Gunung Krakatau. Jika suatu saat meletus dan menghancurkan habitat Badak Jawa, maka Indonesia akan kehilangan salah satu asset keanekaragaman hayati.
Badak Sumatra pun tidak kalah penting untuk segera diselamatkan. Kebakaran lahan, ekspansi lahan perkebunan, penebangan ilegal, serta perburuan menjadi isu utama pelestarian badak di Sumatra. Langkah-langkah yang konkrit perlu dilakukan Pemerintah Indonesia untuk segera menyelamatkan habitat Badak Sumatra.
Dari sembilan kantung populasi Badak Sumatra di Sumatra dan Kalimantan, hanya tersisa empat kantong saja. Hasil studi terbaru menunjukkan bahwa terjadi kepunahan lokal, seperti yang terjadi di Taman Nasional Kerinci Selat, yang sejak tahun 2008 tidak lagi ditemukan Badak Sumatra. Data terakhir berdasarkan Population and Habitat Viability Assessment (PHVA:2015) bahwa badak bercula dua ini diperkirakan tersisa 100 ekor saja yang hidup di taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Taman nasional Way Kambas, serta satu kantung populasi yang baru teridentifikasi pada tahun 2013 di Kalimantan Timur.
Angin Segar
Keberadaan Badak Sumatra di Kalimantan membawa angina segar. Padahal, Badak Sumatra di Kalimantan dipercaya telah punah. Ditemukannya kembali bada bercula dua ini di Kalimantan telah menjadi harapan baru di tengah prediksi menurunnya angka populasi badak di dunia.
WWF Indonesia bersama Sekretariat Bersama Badak Indonesia sedang meneliti lebih lanjut untuk mengetahui jumlah populasi dan keberadaan badak, agar dapat ditentukan langkah-langkah penyelamatan yang tepat untuk menjaga dan mengembangkan populasi Badak Sumatra di Kalimantan.
Peringatan Hari Badak Internasional
Untuk memeringati Hari Badak International (World Rhino Day) yang jatuh pada 22 September, WWF Indonesia bekerjasama dengan beberapa lembaga, mengadakan serangkaian acara di Jakarta, Aceh, Lampung, Ujung Kulon, dan Kutai Barat. Melalui acara-acara ini, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan serta kepedulian masyarakatt akan nasib badak di Indonesia.
Berikut beberapa acara untuk memeringati Hari Badak Internasional:
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Dini Felicitas |
KOMENTAR