Sejak tahun 2014, WWF Indonesia menjalankan program di kawasan Segitiga Terumbu Karang Dunia (Coral Triangle) dengan menggunakan pendekatan eco-regional yang memprioritaskan tiga bentang laut, yaitu Bentang Laut Sunda Banda (Sunda Banda Seascape), Bentang Laut Sulu Sulawesi (Sulu Sulawesi Seascape), dan Bentang Laut Kepala Burung Papua (Bird’s Head Seascape).
Pulau Kei Kecil yang terletak di Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku merupakan bagian dari Bentang Laut Sunda Banda. Ekosistem laut kawasan konservasi perairan tersebut memiliki peran krusial bagi sektor perikanan Indonesia dan keberlangsungan hidup spesies laut terancam punah seperti penyu, pari manta, dugong, dan beberapa jenis paus.
Terancam punahnya beberapa biota laut yang ada di Pulau Kei Kecil, membuat WWF Indonesia melakukan ekspedisi laut untuk memantau dampak ekologi dan meningkatkan pengelolaan kawasan. Tak hanya WWF Indonesia, beberapa lembaga seperti Dinas Kelautan dan Perikanan Maluku Tenggara, Politeknik Perikanan Negeri Tual, Universitas Pattimura, dan Yayasan Reef Check Indonesia ikut dalam ekspedisi laut yang telah dilakukan sejak 1-8 Oktober 2015.
Ekspedisi ini merupakan permulaan dari rencana pemantauan ekosistem terumbu karang jangka panjang yang bertujuan untuk mengumpulkan data dan status terumbu karang dan mengevaluasi dampak ekologi di Pulau Kei Kecil.!break!
Selama delapan hari ekspedisi laut, tim yang tergabung melakukan penyelaman sedalam 10-15 meter. Penyelaman itu berhasil melakukan pengambilan data di 36 titik yang tersebar di dalam dan luar kawasan Pulau Kei Kecil. Hal tersebut merupakan pencapaian yang luar biasa mengingat masih banyak yang melakukan praktik-praktik pemanfaatan sumber daya alam yang tidak bertanggung jawab seperti penangkapan ikan di zona inti yang dilarang, penangkapan ikan menggunakan bom dan racun, serta penangkapan dan perdagangan ikan kerapu, dan napoleon.
Selain itu, selama ekspedisi dilakukan, air laut di Pulau Kei Kecil keruh dan berwarna hijau. Hal itu diakibatkan pengadukan air laut yang dapat mendorong terangkatnya nutrien di dasar perairan menuju permukaan laut. Kondisi banyaknya nutrien yang dimanfaatkan oleh organisme primer (fitoplankton) di perairan untuk bermetabolisme. Sehingga produktivitas primer (klorofil-a) perairan meningkat dan menjadikan air laut berubah menjadi hijau.
Walau air keruh dan berwarna hijau, keanekaragaman hayati laut di Pulau Kei Kecil masih sangat beragam. Mulai dari ikan kecil sampai ikan besar masih dapat ditemukan. Seperti schooling bolbometopon muricatum (bumphead parrotfish) banyak ditemui di Pulau Bair dan memiliki panjang rata-rata 60 cm, dan olive sea snake (aipysurus laevis) banyak ditemui di Pulau Ut, Pulau Sua, Pulau Adranan memiliki panjang sekitar 1-1,5 m.
Melalui ekspedisi ini, diharapkan dapat diketahui bagaimana dan kapan salah satu kawasan konservasi perairan di Indonesia inidapat memberikan dampak positif bagi keanekaragaman hayati, perikanan dan kehidupan masyarakat. Selain itu, dengan mengetahui status dan tren ekosistem terumbu karang secara berkala juga dapat memberikan masukan kepada para pengelola dan mitra terkait dalammeningkatkan pengelolaan Pulau Kei Kecil.
Penulis | : | |
Editor | : | Puri |
KOMENTAR