Sejak dipublikasikannya “The Malay of Archipelago”, jurnal perjalanan yang ditulis oleh Alfred Russel Wallace pada tahun 1890, masyarakat mengenal Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Sulawesi Selatan sebagai kerajaan kupu-kupu (The Kingdom of Butterfly). Pada masa tersebut, sekitar 256 spesies dapat teridentifikasi.
Selanjutnya, pada tahun 1977, Mattimu menemukan sekitar 103 jenis kupu-kupu di hutan wisata Bantimurung, dan beberapa diantaranya adalah jenis endemik seperti Papilio blumei, P. polites, P. sataspes, Troides haliphron, T. helena, T. hypolitus, dan Graphium androcles. Balai taman nasional sendiri, sampai dengan tahun bulan Oktober 2011 telah mengidentifikasi sekitar 200 jenis kupu-kupu di dua tempat yaitu Pattunuang dan Balocci.
Tingginya keanekaragaman jenis kupu-kupu di taman nasional ini, mengantarkan satwa ini menjadi flagship Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Tak heran, apabila kita menjumpai Papilio blumei dengan ukurannya yg sangat besar, bertengger pada gerbang pintu masuk taman wisata air terjun Bantimurung.
Impian taman nasional, hampir menjadi kenyataan. Sesaat setelah pintu gerbang masuk, tepat di sebelah kiri, saat ini tengah dibangun pusat penangkaran kupu-kupu seluas 7000 m2 oleh Balai Taman Nasional. Pembangunannya sendiri dimulai sejak Oktober 2010 dan sampai bulan Oktober ini masih dalam tahap finishing. Tempat penangkaran kupu-kupu ini terbuat dari jaring biasa yang dipakai untuk menaungi kebun-kebun angrek, yang dibentangkan menempel pada dinding karst.
Di dalam jaring, terdapat pohon-pohon dan tanaman yang memang sudah ada sebelum jaring dipasang, dilengkapi dengan toilet dan tracking untuk pengunjung. Saat jaring dan semua bangunan sudah siap, tanaman yang merupakan pakan kupu-kupu akan dimasukkan ke dalam penangkaran. Diluar area penangkaran, telah berdiri beberapa bangunan seperti laboratorium, toilet, dan information centre. Pada awal tahun 2012, diharapkan penangkaran kupu-kupu ini sudah dapat dinikmati oleh masyarakat umum.!break!
Saat menilik ke bangunan yang nantinya akan digunakan sebagai laboratorium, terpampang display beragam jenis kupu-kupu yang sudah diawetkan. Selain itu, terdapat beberapa lemari berkerangka besi dengan penutup berupa jaring di sekelilingnya. Di dalam lemari inilah, kupu-kupu dibudidayakan. Ada yang masih berupa telur, kepompong dan ada juga yang baru berubah menjadi kupu-kupu.
Sampai Oktober 2011, sebanyak tujuh species kupu-kupu telah berhasil dibudidayakan yaitu Troides hypolitus, T. helena, T. halipron, Papilio ascalapus, Pachliopta polyphones, Grapium Agamemnon, dan Papilio sataspes. Metamorphosis kupu-kupu mulai dari telur, menetas menjadi ulat, berkembang menjadi pupa, kepompong dan berubah menjadi imago (kupu-kupu dewasa), memerlukan waktu sekitar 14 – 16 hari.
Hal yang perlu diperhatikan dalam budidaya kupu-kupu ini adalah suhu udara dan pakan kupu-kupu. Suhu ideal bagi kupu-kupu untuk berkembang adalah dibawah 30oC, sedangkan makanan bagi kupu-kupu akan tergantung pada jenis kupu-kupu. Sebagai contoh makanan bagi jenis papilio adalah tanaman jeruk dan bagi jenis grapium adalah tanaman sirsak.
Sebenarnya, upaya budidaya kupu-kupu yang dilakukan oleh Balai taman nasional sudah dimulai sejak tahun 2005 berupa demplot percontohan bagi masyarakat. Pada waktu itu, baru 4 species yang ditangkarkan. Seiring dengan meningkatnya penangkapan kupu-kupu oleh masyarakat yang diambil dari alam, semakin mengkhawatirkan kelestarian kupu-kupu. Gagasan untuk membangun penangkaran kupu-kupu dengan skala yang lebih besar ini diharapkan akan menangkal dan mengatasi kekhawatiran ini.
Keberadaan penangkaran kupu-kupu yang sangat berdekatan dengan taman wisata alam air terjun Bantimurung, akan menjadi daya tarik lain bagi para pengunjung, terutama untuk wisata edukasi dan penelitian. Didukung oleh eksesibilitas yang mudah dengan biaya yang murah, pada saatnya nanti, wisata penangkaran kupu-kupu ini dapat menjadi tujuan wisata andalan di Sulawesi Selatan.!break!
Pengawetan Kupu-kupu, aman dan alami
Biasanya, masyarakat di Bantimurung mengawetkan kupu-kupu dengan cara menyuntikkan formalin pada badan kupu-kupu yang akan diawetkan. Di laboratorium yang terdapat di penangkaran kupu-kupu Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, cara tersebut tidak dilakukan. Kupu-kupu yang akan diawetkan akan dimatikan langsung pada bagian pernafasannya.
Setelah mati, kupu-kupu dilipat dan dibungkus dengan kertas roti dan didiamkan selama beberapa waktu. Kupu-kupu baru akan dikeluarkan dari kertasnya apabila sudah mengering. Kemudian, kupu-kupu akan disuntik dengan air panas pada bagian trachea-nya agar urat-uratnya lunak kembali sehingga mudah dibentuk. Pemberian air panas ini dapat diberikan beberapa kali.
Sayap kupu-kupu selanjutnya akan dibentangkan dengan hati-hati agar tidak patah diatas kertas roti. Untuk mempercepat proses pembentukan ini, kupu-kupu akan ditutup dengan kertas roti dan di beberapa bagian seperti sekeliling sayap, ditusuk dengan jarum agar sayap terbentang rapi, tidak patah atau terlipat.
Selanjutnya, kupu-kupu akan dijemur dibawah terik sinar matahari. Apabila matahari bersinar bagus, proses penjemuran dapat dilakukan selama satu hari. Langkah terakhir adalah memasukkan kupu-kupu ke dalam bingkai, untuk menambah nilai estetika. Agar kupu-kupu tahan lebih lama, di dalam bingkai akan disimpan kamper (kapur barus).
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR