Nationalgeographic.co.id - Suatu hari di Kairo, Mesir, ada dua mahasiswa asal Indonesia sedang menaiki bus yang hendak melewati kampus mereka, Al-Azhar University. Mereka baru bisa mendapatkan kursi menjelang ke halte, tetapi ketika sampai halte kampus, pemuda itu mengajak temannya untuk turun.
Temannya menolak, rasanya tanggung baru duduk malah cepat-cepat turun. Akhirnya mereka tetap duduk. Pemberhentian selanjutnya, mereka turun di sebuah tempat yang menjadi favorit teman pemuda itu: bioskop.
Itulah kenangan Gus Mus (Mustofa Bisri) saat berkuliah di Mesir, dan temannya yang mengajak ke bioskop itu adalah yang kelak kemudian jadi presiden keempat Indonesia, Gus Dur (Abdurrahman Wahid).
Baca Juga: Riwayat Perayaan Kue Bulan: Dari Dewi Chang'e Sampai Gus Dur
Film memang salah satu dari sekian banyak kesukaan Gus Dur. Kisah kemaniakannya terhadap film juga dituturkan oleh anaknya, Inaya Wahid, yang pernah diceritakan pengalaman nonton bioskop saat Gus Dur masih jadi santri.
"Jadi untuk nonton film itu butuh ngumpulin duit untuk waktu yang lama. Dia [Gus Dur] bersama dua temannya, yuk kita tentuin tanggal terus ke kota untuk nonton, lalu kabur [dari pesantren] ke kota, transportasinya, segala macam," terang Inaya, dalam diskusi Gus Dur's Humor and Cinema di rangkaian kegiatan Madani Film Festival, Jumat (03/11/2021).
Kemudian Gus Dur dan teman-temannya di pesantren naik becak dengan menaikkan ongkos, agar tukang becak tidak mengadu ke pihak pesantren. Ketika sampai di bioskop, berbeda dengan hari ini, mereka tidak tahu hendak menonton film apa dan bagaimana ulasannya karena semua tergantung poster di tempat.
"Udah mereka menonton film ini aja. Enggak ada review, mereka enggak tahu di Rotten Tomatoes berapa skornya. Udah nonton saja. Itu film India," lanjut Inaya.
Baca Juga: Ingin Tahu Alasan Gus Dur Dinobatkan Sebagai Bapak Tionghoa Indonesia?
Mereka akhirnya membeli tiket bioskop kelas 'embek', yang membuat mereka harus duduk lesehan. Ternyata film itu bagi Gus Dur sangat membosankan hingga membuatnya tertidur, dan kadang terbangun karena adegan menari film Bollywood yang memang umum.
Gus Dur dan kedua temannya itu juga terganggu karena orang yang duduk di kursi kelas satu tertawa sangat berisik. Rupanya, ketika ditelisik, orang yang tertawa sangat keras itu adalah tukang becak yang mengantar mereka bertiga.
"Jadi, tukang becaknya nonton di kelas satu, mereka nonton di kelas embek. Dia [tukang becak] nonton di kelas satu karena dinaikin ongkosnya," ungkap Inaya. "Yah, itulah ganjaran kabur," lanjutnya mengikuti gaya Gus Dur bercerita.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR