“Saya berangkat ke Jakarta untuk meneliti tentang dampak perubahan iklim terhadap banjir. Namun, seketika menjadi kian jelas bagi saya bahwa penyurutan tanah mengancam kota ini lebih cepat,” ujar Emma Colven, seorang ahli Ilmu Bumi.
Emma Colven juga merupakan Kandidat Profesor di Departemen Geografi University of California di Los Angeles.
Selama 2,5 bulan belakangan di Jakarta, Colven telah berbicara dengan ahli dan konsultan air, mereka yang bekerja untuk pemerintah provinsi dan nasional, serta para aktivis dan orang-orang dari organisasi non-pemerintah.
Dengan musim hujan yang membasahi kita, banjir merupakan topik populer di Jakarta, dan serangkaian solusi sedang diajukan, didiskusikan dan didorong.
Salah satu proyek besar di Jakarta yang dijalankan akhir-akhir ini adalah mengeruk dan “menormalisasi” sungai-sungai dan kanal-kanal untuk meningkatkan kapasitas daya tampung dan membawa air banjir lebih cepat keluar dari kota untuk mencapai teluk Jakarta.
Beberapa pihak lain telah menganjurkan berbagai strategi yang bertujuan untuk mengurangi kelebihan hempasan air di permukaan, seperti penghutanan kembali di wilayah ke hulu, atau meningkatkan permukaan berpori dan ruang terbuka hijau di kota.
NCICD yang direncanakan, juga dikenal sebagai proyek Tembok Laut Raksasa, akan menggunakan pusat pemompaan, ruang penyimpanan dan tembok laut untuk mengurangi banjir.
Dengan penyurutan tanah yang cepat serta diperkirakan akan terus berlanjut, beberapa ahli melihat tidak adanya alternatif.
“Proyek ini bermaksud untuk mengubah “ancaman” banjir menjadi sebuah “kesempatan” dengan membuat ruang baru bagi pengembangan perkotaan, yang mana perdebatan terhadapnya sangatlah dibutuhkan,” tutur Colven.
Pihak lain telah menyuarakan perhatiannya mengenai dampak sosial dan lingkungannya: bagaimana proyek tersebut akan memengaruhi berbagai komunitas di Jakarta Utara, dan kehidupan para nelayan? Jika keputusannya dibuat untuk menutup teluk Jakarta, maka apa yang mungkin menjadi konsekuensi lingkungannya?
Sementara hal tersebut diperdebatkan di ranah publik mengenai strategi mana yang paling tepat untuk Jakarta, ancaman banjir yang merusak telah menjulang, dan Jakarta berada dalam tekanan untuk mengembangkan dan mengimplementasikan solusi, walaupun hal ini bukanlah tugas yang mudah.
Kisah pendek ini bagian dari Proyek Utarakan Jakarta – Speak up (North) Jakarta lewat laman www.utarakanjakarta.com. Proyek ini bertujuan untuk mengabarkan dan meningkatkan kesadaran tentang banjir di Jakarta, sekaligus menunjukkan urgensi untuk melindungi Jakarta dari banjir.
Utarakan Jakarta menggambarkan kehidupan empat warga yang hidup di balik tembok laut di Jakarta Utara. Gambaran tersebut menangkap soal perjuangan mereka melawan banjir, rumah yang terendam dan harga air minum di sebuah kota yang di ambang tenggelam. Kampanye memperlihatkan kekhawatiran, mimpi dan harapan mereka akan masa depan yang lebih baik. Simak juga kisah keempat warga tadi dalam "Di Balik Benteng Laut" yang terbit di Edisi Spesial National Geographic Indonesia edisi November 2015.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR