Komet adalah tamu jauh bagi Bumi dan planet-planet dalam di Tata Surya karena ia datang dari dua kawasan luar Tata Surya kita. Wilayah paling luar Tata Surya kita yg berada pada jarak 50000 AU, dinamakan Awan Oort, mengirimkan komet-komet dengan periode (waktu komet tersebut dalam melakukan satu kali revolusi terhadap Matahari) panjang. Wilayah luar Tata Surya kita lainnya yang terletak lebih dekat, yakni sekitar 30 – 100 AU, dinamakan Sabuk Kuiper, mengirimkan komet-komet dengan periode pendek.
Perlu diingat bahwa temperatur benda di Tata Surya kita akan turun dengan bertambahnya jarak dari Matahari. Oleh sebab jaraknya yang demikian jauh, tak heran jika dua per tiga dari komposisi komet merupakan es dan salju, sedangkan sepertiga lainnya berupa debu batuan. Setiap komet punya inti berupa batuan es yang padat. Oleh karena itu, tak salah jika komet disebut juga sebagai ‘bola salju’ yang datang dari tepi luar Tata Surya kita.
Dalam perjalanannya, komet akan bergerak mendekati Matahari. Nah pada saat ia mendekati Matahari, maka lapisan es di komet akan mengalami pemanasan dan mulai menguap. Permukaan salju akan berubah menjadi gas dan bersama debu yang ada di komet mereka membentuk lapisan koma, awan yang menyelubungi inti komet.
Selain terbentuknya koma, gas dan debu juga membentuk ekor komet yang panjangnya bisa mencapai 100 juta km! Semakin dekat dengan Matahari, semakin banyak pula es yang hilang. Jadi, jika sebuah komet sudah melakukan kunjungannya mendekati matahari hingga sekian kali, maka komet bisa saja kehilangan materi untuk membentuk ekor, menyisakan permukaan yang ditutupi debu gelap dan akan tampak seperti asteroid. Tak ada lagi lapisan es di luarnya yang tersisa.
Apakah komet bisa menabrak planet lain? Tentu saja. Dalam perjalanannya komet juga bisa bersinggungan dengan sebuah planet. Jika lintasannya terlalu dekat dengan planet tersebut, komet bisa mengalami gangguan gravitasi yang menyebabkan komet tersebut menabrak planet tadi. Selain itu, bisa juga orbit komet berubah akibat tabrakan dengan benda lain.!break!
Dua abad lalu, planet Neptunus diduga ditabrak sebuah komet es raksasa yang menyebabkan anomali kandungan karbon monoksida di lapisan stratosfer Neptunus. Tapi, tabrakan komet dengan planet yang paling terkenal dan bisa diamati manusia di zaman modern ini adalah tabrakan komet Shoemaker-Levy 9 atau komet D/1993 F2 yang terjadi pada bulan Juli 1994. Komet yang ditemukan oleh suami istri Carolyn & Eugene M.
Shoemaker dengan rekannya David Levy ini merupakan komet yang mengorbit Jupiter bukannya Matahari. Selain komet Shoemaker-Levy 9, pada tanggal 19 Juli 2009 dan 4 Juni 2010, Anthony Wesley dari Australia melaporkan adanya komet lain yang menabrak planet Jupiter. Selain itu, ada juga ilmuwan yang memperkirakan kalau riak pada cincin Jupiter dan Saturnus juga diakibatkan oleh tabrakan komet dengan materi di cincin kedua planet gas tersebut.
Di tahun 2014 nanti, komet C/2013 A1 (Siding Spring) yang ditemukan pemburu komet dari Australia Robert McNaught diperkirakan akan menabrak planet merah, Mars. Untuk kebenarannya, kita lihat saja nanti.
Ketika sebuah komet menabrak planet tidak hanya bisa menimbulkan bekas pada permukaan planet seperti terbentuknya kawah pada planet batuan seperti Bumi, tetapi juga bisa memberi pengaruh besar pada peradaban dan sejarah kehidupan sebuah planet.
Komposisi pembentuk komet kuat diduga adalah sisa materi yang juga membentuk Tata Surya pada awalnya. Oleh karena dugaan inilah, peristiwa tabrakan komet dengan sebuah planet, atau lebih tepatnya dengan Bumi, di tahap awal pembentukan Bumi, memegang peran yang sangat penting dalam sejarah evolusi Bumi. Para ilmuwan memperkirakan tabrakan komet dengan Bumilah yang dahulu membawa air dan molekul organik sehingga membentuk kehidupan di muka Bumi ini.
Salah satu pemodelan lain yang dibuat para astronom juga menyebutkan bahwa, tabrakan komet-lah yang menghasilkan asam amino yang berperan penting dalam evolusi kehidupan di Bumi. Karena itu jika astronom bisa mempelajari komposisi komet maka pengetahuan astronom tentang proses pembentukan dan evolusi Tata Surya tentu akan bertambah.
Tapi di sisi lain, selain membawa benih penunjang kehidupan, tabrakan komet juga bisa menjadi petaka bagi kehidupan yang ada di sebuah planet. Tabrakan komet yang besar bisa mengakibatkan kepunahan massal, seperti yang diperkirakan pernah terjadi beberapa kali lalu sebelum manusia berpijak di Bumi.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR