Nationalgeographic.co.id - Para arkeolog telah menemukan 128 jenazah anak yang dikubur dalam guci di dekat reruntuhan kota kuno di wilayah otonomi Mongolia Dalam, Tiongkok Utara. Diyakini jenazah anak-anak ini hidup selama masa Dinasti Han sekitar 202 SM – 220 M.
Tim penggalian menggali kuburan bersamaan dengan koin, tembikar, dan ubin yang merupakan bagian dari praktik pemakaman kuno. Selama periode Dinasti Han, jenazah anak-anak tidak dikremasi, dan praktik penguburan yang berkelanjutan dengan barang-barang kuburan masih digunakan sejak periode Neolitik dari 5.000 SM dan seterusnya.
Menariknya ini akan berlanjut sampai akhir Dinasti Ming, 1644 M. Dengan anak-anak, beberapa guci dihubungkan untuk menciptakan semacam lapisan pelindung, atau 'rumah' bagi tubuh.
“Kami tidak benar-benar tahu mengapa, tetapi tampaknya, di wilayah ini, orang mulai menggunakan penguburan guci untuk menguburkan anak-anak mereka yang meninggal. Di Tiongkok kuno, kremasi muncul agak terlambat, biasanya setelah periode Han,” kata Lam Wen-cheong, asisten profesor di Chinese University of Hong Kong.
Baca Juga: Kerangka Anak Berusia 5.700 Tahun Ditemukan, Meninggal Karena Trauma
“Di beberapa tempat, kami menemukan penguburan kremasi yang berasal dari Zaman Perunggu, tetapi di dataran tengah, mereka biasanya muncul agak terlambat,” sambungnya.
Makam itu rumit dan megah berbentuk kamar bata yang diisi dengan benda-benda untuk akhirat. Orang kaya menghiasi ruang pemakaman mereka dengan karya seni rumit yang menunjukkan prosesi akbar ratusan orang dan kereta yang muncul untuk menghormati almarhum. Beberapa makam begitu megah sehingga disebut sebagai 'makam istana', mengacu pada para elit yang mengadopsinya.
Bagi orang biasa, ritual akhir hayat ini sepertinya tidak mungkin tercapai, karena makam kecil juga membutuhkan batu bata, yang seringkali tidak terjangkau.
“Banyak keluarga tidak akan mampu membeli makam ini untuk anggota keluarga mereka, terutama anak-anak,” kata Lam.
Dengan demikian, penguburan guci menjadi populer dan terjangkau, sementara juga sesuai secara budaya, mereka akan melindungi tubuh dari unsur-unsur alam dan jiwa dari berbagai setan dan roh.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR