Bulan ini, Uni Emirat Arab (UEA) meluncurkan inisiatif baru dengan memberikan hadiah untuk riset internasional dalam pengembangan teknologi yang dapat membantu memuaskan rasa haus Teluk Persia.
Ibukota UAE, Abu Dhabi menerima curah hujan tahunan rata-rata sekitar 75 milimeter (2,95 inci). Meskipun demikian, negara mengkonsumsi lebih banyak air per kapita dari negara lain, sekitar 82 persen di atas rata-rata global. Ini hanya akan bertambah buruk, dengan penduduk perkotaan meningkat yang telah mengembangkan rasa untuk hidup mewah, lengkap dengan taman air dan lapangan golf yang sempurna hijau.
Selain itu, perubahan iklim memimpin wilayah tersebut menuju masa depan yang lebih panas dan kering. Sebuah studi pada Oktober tahun lalu melaporkan bahwa Teluk Persia dapat begitu panas dan kering untuk dihuni pada tahun 2071.
Dalam upaya memenuhi permintaan air, negara telah memberikan $ 5 juta untuk peneliti dari Jerman, Jepang dan UEA. Mereka diminta mengembangkan teknologi cloud-draining
Dilansir dari The Guardian bahwa uang akan membantu mengembangkan "penyemaian awan hangat", teknik yang saat ini digunakan di musim dingin yang kering. Metode ini meningkatkan kondensasi air di dalam awan. Pesawat yang diterbangkan di bawah tingkat awan, di mana mereka merilis lebih dari seratus flare sarat dengan partikel kalium klorida dan natrium klorida. Gerakan udara vertikal membawa partikel-partikel ini ke dalam awan dan menyediakan uap air dengan embun. Setelah cukup berat, tetesan kental ini jatuh sebagai uap air atau hujan.
Ilmuwan akan mencoba untuk mengembangkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dari teknik ini. Penelitian ini akan mencakup pembentukan awan dan pelacakan awan algoritma, sementara para ilmuwan dari universitas di UEA akan mengembangkan nanoteknologi untuk meningkatkan kondensasi air.
Tahun ini telah terlihat gerakan baru untuk membantu menghemat air. Abu Dhabi telah mulai mengenakan biaya pengisian air pada rakyat untuk penggunaan air pertama kalinya, dan telah meningkatkan biaya yang ada untuk ekspatriat. Banyak hotel dan fasilitas rekreasi juga diharapkan untuk memulai menggunakan kembali air dari pembilasan toilet.
Peneliti BRIN dan Inggris Berkolaborasi Mengatasi Permasalahan Sampah Plastik di Indonesia
Penulis | : | |
Editor | : | Irfan Hasuki |
KOMENTAR