Pengamatan GMT di Shanghai memberi pengalaman berbeda bagi Jefferson yang sejak kecil juga menyukai astronomi. Meski pengamatan gagal total karena mendung dan hujan tiba-tiba datang menjelang puncak gerhana, perubahan suasana selama totalitas gerhana tetap terasa.
“Suasana tiba-tiba jadi gelap. Lampu-lampu kota pun otomatis menyala. Saat bersamaan, suhu udara berubah jadi lebih dingin,” kenangnya.
Menurut rencana, memotret sisa-sisa cahaya Matahari yang membentuk cincin berlian (diamond ring) sebelum gerhana matahari mencapai fase total pun tidak terlaksana. Namun, hal-hal unik yang terjadi bersamaan dengan totalitas gerhana tetap memberi kesan mendalam bagi Jefferson.
Kekurangsempurnaan mengamati gerhana juga pernah dialami Wicak. Pada GMT 1988, ia seharusnya mengamati di Pulau Bangka. Namun, karena feri yang ia tumpangi terlambat tiba di Bangka, ia pun hanya bisa memotret gerhana di atas kapal yang terus bergoyang.
“Gambar hasil pemotretan jelek semua,”tetapi erhana yang terekam mata tetap tersimpan di kepala dan hati,” lanjutnya.
Langka
Sebagian wilayah Sumatera Selatan dan Bangka Belitung cukup beruntung bisa menyaksikan GMT dalam waktu yang tidak terlalu lama. Setelah GMT 1988, GMT akan kembali terjadi di sebagian wilayah itu pada 9 Maret 2016.
“Bedanya, jalur lintasan GMT 9 Maret mendatang agak lebih ke selatan dibandingkan jalur GMT 1988,” kata Thomas.
Kesempatan itu tak akan dirasakan masyarakat yang tinggal di Pulau Jawa. Setelah GMT 1983, Jawa tidak akan dilintasi jalur totalitas gerhana hingga abad ke-21 berakhir.
Dosen Astronomi Institut Teknologi Bandung, Moedji Raharto, mengatakan, jumlah GMT yang melintasi Indonesia pada abad ke-21 bisa dihitung hanya dengan sebelah tangan.
Gerhana 9 Maret 2016 adalah GMT Pertama yang melewati Indonesia pada abad ke-21. Gerhana ini akan melintasi 12 provinsi dan 53 kabupaten/kota, mulai dari Kepulauan Pagai di Sumatera Barat hingga Pulau Halmahera di Maluku Utara.
GMT berikutnya akan terjadi pada 20 April 2042 yang akan melewati Jambi, GMT 24 Agustus 2082 yang melalui Medan, Sumatera Utara dan GMT 22 Mei 2096 yang melintasi Lampung dan Kalimantan.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR