Ginkgo biloba yang juga dikenal sebagai ginkgo atau gingko atau pohon maidenhair, merupakan fosil hidup. Di alam liar, ia tumbuh hanya di bagian timur Cina. Namun 200 juta tahun lalu, pohon ini tersebar di seluruh permukaan Bumi, terutama di belahan Bumi utara, di daerah dengan iklim yang hangat dan kelembaban tinggi.
Di Siberia, ditemukan amat banyak jasad tanaman era Jurasik dan Cretacous awal ini ketika dilakukan penggalian. Ilmuwan meyakini, dulu ketika musim gugur, tanah tertutup sempurna dengan daun-daun ginkgo, seperti karpet!
Ada 50 spesies dalam kelas Ginkgo, tapi hanya tersisa satu saat ini, dan tampaknya bentuk liar spesies ini bisa segera punah. Ginkgo biloba tumbuh hanya di dua area kecil di Cina, yang secara aktif dibudidayakan oleh manusia. Saat ini, Ginkgo termasuk dalam daftar spesies terancam punah.
Jika berada dalam kondisi menguntungkan, ginkgo mungkin hidup lebih dari 1.000 tahun. Ginkgo kebal terhadap polusi udara industri, berbagai penyakit jamur dan virus, dan jarang terkena serangga. Pohon ginkgo bisa mencapai ketinggian 30 meter, dan diameter batangnya mencapai 3 meter.
Pohonnya berbentuk seperti piramida, yang seiring bertambahnya umur, menjadi lebih subur. Bentuk daun-daunnya mengingatkan kita pada tumbuhan paku-pakuan yang sudah tua.
Pohon ini pernah disebut dalam buku Cina di abad ke-17. Sejak saat itu, di Cina, Jepang dan Korea, Ginkgo biloba dipandang sebagai pohon suci, simbol ketahanan dan umur panjang.
Tahun 1730. Ginkgo dibawa ke Eropa dan ditanam di kebun raya Milan. Lima puluh tahun kemudian, pohon itu dibawa ke Amerika Utara.
Setelah itu ginkgo mulai dibudidayakan, dan mulai muncul di kebun dan taman di seluruh dunia.
Sangat menarik bahwa pada abad ke-18, penyair botani Goethe bahkan menulis puisi tentang pohon ini.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR