Nationalgeographic.co.id—Shahmaran adalah nama yang diberikan kepada makhluk mitos yang ditemukan di berbagai budaya Timur Tengah, khususnya di wilayah Anatolia timur Turki.
Menurut cerita rakyat dari budaya ini, Shahmaran adalah makhluk dengan bagian atas wanita, dan bagian bawahnya ular. Menurut legenda Shahmaran memiliki kekuatan magis, yang pada akhirnya akan menyebabkan pengkhianatan dan kematiannya di tangan manusia.
Legenda Shahmaran bergema bahkan sampai hari ini, karena ia diyakini memiliki kekuatan pelindung. Oleh karena itu, gambarnya digunakan sebagai jimat untuk menangkal kejahatan.
Nama Shahmaran berasal dari bahasa Persia, yang merupakan kombinasi dari kata 'shah' dan 'maran'. Yang pertama adalah gelar yang digunakan oleh raja-raja Persia, sedangkan yang kedua berarti 'ular'. Oleh karena itu, Shahmaran secara harfiah berarti 'Raja Ular'. Karena Shahmaran dikatakan perempuan, mungkin lebih tepat untuk menerjemahkan namanya menjadi Ratu Ular.
Nama Shahmaran juga sedikit berubah sesuai dengan berbagai budaya di mana makhluk mitos ini ditemukan. Shahmaran terutama terkait dengan Kurdi dan Turki, keduanya mendiami wilayah Anatolia timur Turki. Budaya lain di mana legenda Shahmaran ditemukan termasuk Tatar dan Chuvash di Timur, keduanya berbicara bahasa Turki.
Legenda Shahmaran adalah legenda kuno, yang asal-usulnya telah dikaburkan oleh berlalunya waktu. Kisah sentral yang terkait dengan Shahmaran melibatkan seorang pemuda bernama Tahmasp. Tokoh ini dikenal dengan beberapa nama lain, antara lain Cansab, Djansab, dan Cemshab, tergantung versi legendanya.
Beberapa versi cerita mencatat bahwa kota asal Tahmasp adalah Mardin, sebuah kota Romawi kuno di bagian tenggara Turki modern. Pemuda bernama Tahmasp itu berasal dari keluarga miskin yang tinggal di hutan. Dia bekerja sebagai pemotong kayu, mencari nafkah dengan mengumpulkan dan menjual kayu. Kemudian, saat tengah bekerja, dia terjatuh dalam lubang yang dipenuhi dengan ular. Sejak itu lah, dia bertemu dengan Shahmaran, sang ratu ular.
Menurut cerita adat, pria dan Shahmaran itu jatuh cinta dan memutuskan untuk tinggal kerajaan sang ratu ular itu beberapa waktu. Tetapi suatu saat pemuda itu merindukan keluarganya di bumi. Hingga akhirnya memutuskan untuk pulang kerumahnya. Dengan berat hati Shahmaran pun merelakannya pemuda tersebut, dan meminta untuk merahasiakan keberadaan Shahmaran kepada siapun.
Setelah kejadian tersebut, semuanya baik-baik saja. Sampai suatu hari, berita tiba bahwa raja kota Tahmasp tinggal telah terjangkit penyakit misterius. Tabib kerajaan, setelah memeriksa raja, menyimpulkan bahwa raja hanya dapat disembuhkan jika dia memakan daging Shahmaran.
Baca Juga: Erotika Timur Tengah Berusia 4.000 Tahun, Lebih Tua dari Kamasutra
Tabib dan wazir (kapten pengawal) raja mengatakan bahwa satu-satunya cara untuk memastikan bahwa seseorang pernah ke wilayah Shahmaran adalah dengan menuangkan air ke kulit mereka. Seperti yang telah diperingatkan Shahmaran ke Tahmasp, ini akan menyebabkan kulit menjadi bersisik jika pernah ke kerajaan bawah tanah ular.
Raja memerintahkan semua rakyatnya untuk hadir di pemandian umum. Di sana, mereka diawasi oleh tentara raja saat membenamkan diri di dalam air. Tahmasp mencoba melarikan diri dengan menyembunyikan dirinya, tetapi dia ditemukan oleh tentara, dan dibawa ke pemandian.
Para prajurit melemparkan Tahmasp ke dalam air. Kemudian sisik-sisik mulai muncul di kulitnya. Tahmasp diseret keluar dari air, diikat, dan dibawa ke hadapan raja. Pada awalnya Tahmasp tidak akan mengungkapkan di mana Shahmaran tinggal, tetapi raja menyiksanya dan Tahmasp memberi tahu raja semua yang ingin dia ketahui.
Shahmaran Dikhianati
Baca Juga: Perang di Afrika dan Timur Tengah Bunuh 100 Ribu Bayi Setiap Tahunnya
Tak lama setelahnya Shahmaran ditangkap dan dibawa ke istana. Ketika Tahmasp melihat Shahmaran, dia merasa sangat malu, dan menyesali apa yang telah dia lakukan. Tahmasp mengatakan bahwa siapa pun yang memakan ekornya akan memperoleh kebijaksanaan dan umur panjang, sedangkan siapa pun yang memakan kepalanya akan mati.
Setelah menyampaikan pesan terakhir tersebut, Shahmaran dibunuh dan dipotong menjadi tiga bagian. Raja yang ingin disembuhkan, memakan sepotong ekor Shahmaran. Dalam beberapa versi cerita, wazir juga memakan sepotong ekor, sementara yang lain mengklaim bahwa kapten pengawal raja yang melakukannya. Di sisi lain, Tahmasp tidak ingin melanjutkan hidup, dan malah memakan kepala Shahmaran. Yang mengejutkan semua orang, raja, dan wazirnya keduanya tewas, sedangkan Tahmasp tidak terluka.
Kisah-kisah tersebut tidak secara eksplisit memberikan penyebab hal ini. Gambar Shahmaran, di sisi lain, dapat memberikan petunjuk tentang apa yang terjadi. Dalam banyak gambar yang menggambarkan Shahmaran, makhluk mitos ditampilkan dengan dua kepala, satu kepala manusia di bagian atas tubuhnya, sementara yang lain menjadi kepala ular di ujung ekornya. Dalam hal ini, bisa dikatakan bahwa kepala manusia Shahmaran sebenarnya adalah ekornya, sedangkan kepala ularnya adalah kepalanya yang sebenarnya.
Kisah Shahmaran diakhiri dengan Tahmasp meninggalkan rumahnya untuk mengembara sendirian. Sebagai hasil dari mendapatkan kebijaksanaan Shahmaran, Tahmasp dikenal sebagai orang yang bijaksana. Namun demikian, dia menyesal telah mengkhianati Shahmaran sampai akhir hayatnya.
Dalam satu versi cerita, ular di bawah pemerintahan Shahmaran tahu bahwa ratu mereka telah dikhianati oleh Tahmasp, dan dibunuh oleh rajanya. Akibatnya, mereka menjadi musuh bebuyutan umat manusia. Dalam versi lain dari cerita, Tahmasp kembali ke gua, dan membiarkan ular menghukumnya. Ceritanya, bagaimanapun, tidak mengatakan apakah ular itu menghukum atau memaafkan Tahmasp.
Baca Juga: Satelit Mata-mata AS Ungkap Situs Kuno dan Bersejarah di Timur Tengah
Source | : | ancient origins |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR