Lima tahun lalu, gempa bumi dengan skala 9.0 magnitude memicu tsunami yang menghantam pantai timur laut Jepang. Gelombang raksasa ini meluluhlantakkan beberapa prefektur, menewaskan hampir 19.000 orang dan merusak empat reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi
Upaya pembersihan semakin melambat, robot kendali jarak jauh yang dikirim untuk membersihkan sisa-sisa pembangkit listrik tersebut mati. Kabel mereka tak mampu menahan radiasi tinggi yang masih bocor dari reaktor nuklir.
Kematian mendadak robot ini membuat perusahaan yang bertanggung jawab, Tokyo Electric Power Company kebingungan. Sebab, mereka akan menangani bencana dan radiasi yang bocor ke dalam air.
Menurut ScienceAlert, dari seluruh kekacauan yang ditimbulkan tsunami dan dampak sesudahnya, hanya sekitar 10 persen yang telah berhasil ditangani Tepco.
Justin McCurry dari The Guardian melaporkan, “Perhatian terbesar tentu adalah reaktor 1, di sana bahan bakar mungkin telah terbakar melalui bejana tekan, jatuh ke bawah penahan bejana dan ke dalam alas beton di bawahnya, bahkan mungkin juga meluber keluar. Reaktor 2 dan 3 diperkirakan telah mengalami kebocoran parsial.”
Kabar baiknya, robot yang dibuat oleh Toshiba ini telah berhasil menyingkirkan 1.535 pipa bekas dari reaktor 4 sebelum mereka rusak, namun radiasi di sini rendah, sehingga pekerjaan lebih mudah dilakukan.
Tapi reaktor 3 beda cerita, tingkat radiasi di sini jauh lebih tinggi dan perangkat elektronik serta kabel-kabel di dalam tubuh robot tak mampu mengatasinya.
Sayangnya, robot baru tidak bisa dikirim untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut, karena butuh waktu lama untuk membuatnya. Dan sebenarnya hingga saat ini, belum ada robot yang mampu menahan radiasi tingkat tinggi dari lingkungan.
Tepco berpikir upaya serius menuju membersihkan dapat dimulai pada 2021 dan mengatakan akan memakan waktu antara 30 dan 40 tahun untuk menyelesaikannya.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR