Pemerintah China mengeluarkan wacana untuk membangun sebuah armada pembangkit listrik tenaga nuklir terapung untuk digunakan di Laut China Selatan.
Armada 20 PLTN terapung ini akan digunakan untuk memasok tenaga listrik bagi pulau-pulau buatan di kawasan sengketa tersebut. Demikian dikabarkan harian People\'s Daily, akhir pekan lalu.
Armada PLTN terapung ini mampu memasok listrik untuk rig pengeboran minyak lepas pantai dan pulau-pulau buatan yang ditujukan sebagai daerah tujuan wisata.
Sebagai bagian dalam rencana pembangunan lima tahun, pemerintah China berambisi armada PLTN terapung ini akan siap digunakan di Laut China Selatan pada 2020.
Meski awalnya terlihat berbahaya, tetapi pembangkit listrik terapung sebenarnya sudah digunakan selama beberapa dekade terakhir, khususnya di Rusia.
Rusia menggunakan PLTN terapung untuk menyediakan listrik bagi warga negeri itu yang tinggal di kawasan terpencil di lingkar kutub.
Sementara itu, Angkatan Laut AS mengoperasikan lebih dari 100 kapal perang bertenaga nuklir tanpa catatan kerusakan atau kebocoran sejauh ini.
Melihat sederet fakta ini, Beijing nampaknya tak khawatir untuk menggunakan cara serupa dan langsung memerintahkan pembangunan 19 PLTN terapung.
"Pemerintah China sudah mengoperasikan kapal selam bertenaga nuklir selama beberapa tahun. Jadi bukan lompatan yang terlalu jauh jika China memodifikasinya menjadi pembangkit listrik," kat Ron Adams, pakar teknologi nuklir kepada harian The Washington Post.
Masalah terbesar yang akan dihadapi China adalah tekanan dunia internasional. Tahun lalu, China sempat memicu ketegangan setelah memulai pembangunan di Pulau Woody di kepulauan Paracels yang masih disengketakan.
Meski Beijing berulang kali menegaskan mereka tak akan mengembangkan kekuatan militer di Laut China Selatan, nampaknya tak ada negara tetangga China yang memercayai klaim itu.
Jika memiliki armada PLTN yang siaga di kawasan itu, maka Chin akan dengan mudah melebarkan sayap di perairan strategis dan kaya yang diperebutkan beberapa negara itu.
Namun, di wilayah yang dikenal kerap diterjang angin topan, para pakar lingkungan mengkhawatirkan keselamatan armada PLTN terapung itu saat menghadapi kekuatan alam.
Meski banyak diragukan dan diprotes banyak pihak, China nampaknya akan meneruskan rencana ini. Sebelumnya, di tengah tekanan dunia internasional, China tetap bersikukuh membangun lebih banyak lagi wilayah di tujuh karang Laut China Selatan dalam dua tahun terakhir.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR