Sebelumnya Uni Emirat Arab (UEA) berencana untuk membuat hujan. Negara yang terkenal panas dan kering karena perubahan iklim, menjadi semakin panas dan berbahaya dalam beberapa dekade mendatang. Air di negara ini bisa dibilang sumber daya yang paling berharga, dan cenderung sangat sedikit.
(Baca : UEA Menanti Teknologi Pecahkan Krisis Pasokan Air)
Berdasarkan hal tersebut, pemerintah UEA memutuskan untuk mengubah masalah ini dengan memikirkan solusi pada skala besar. Seperti dilansir Arabian Business, negara ini akan membangun sebuah gunung buatan yang sangat tinggi, sehingga dapat mempengaruhi cuaca regional yang cukup untuk meningkatkan curah hujan. UEA berharap bahwa gunung buatan mereka akan menyediakan sumber baru air hujan melalui mekanisme yang tepat.
Para ahli dari University Corporation for Atmospheric Research (UCAR) AS, saat ini bekerja pada sebuah studi yang menggunakan model komputer untuk menentukan proporsi yang tepat dari gunung buatan manusia. Membangun sebuah gunung buatan, tentu saja, jauh dari sederhana; pada kenyataannya, itu belum pernah terjadi sebelumnya.
Berbagai negara telah mencoba metode yang berbeda untuk meningkatkan curah hujan, atau sebaliknya membubarkan awan. Cina, misalnya, menabur "benih" pada awan dengan meluncurkan roket kimia penuh pada mereka. Bahan kimia ini memulai pembentukan kristal es, yang akhirnya menyebabkan awan meledak terpisah dan jatuh sebagai hujan. Mereka berhasil memproduksi 55 miliar ton hujan setiap tahun dengan cara ini, memberikan lahan air yang cukup vital.
(Baca pula : Tarif Visa Turis ke Dubai Meningkat)
UCAR telah terlibat dalam proyek modifikasi cuac yang sama di Wyoming selama beberapa tahun terakhir, namun usaha mereka di Timur Tengah merupakan inisiatif jelas baru. Rincian dari bahan konstruksi belum muncul, tetapi mereka pasti akan membutuhkan banyak.
Ambil Gunung Kilimanjaro di Tanzania sebagai contoh, tidak seorang pun pernah menimbangnya, tentu saja, tetapi tentu dapat diperkirakan. Pada ketinggian 5.895 meter (19.341 kaki) dan dengan diameter basal kira-kira 40 kilometer (24,9 mil), gunung berapi aktif ini cukup simetris, sehingga dapat diperlakukan sebagai sebuah kerucut. Volumenya, sekitar 2.469 kilometer kubik (592 mil kubik).
Itu sebagian besar terbuat dari batu yang disebut phonolite, yang kita tahu cukup padat. Jika Kilimanjaro diasumsikan terbuat dari batu ini, itu berarti bahwa seluruh gunung memiliki massa 6,2 kuadriliun ton (6,8 kuadriliun ton). Jika UCAR dan UEA ingin membangun sebuah gunung sebanding dengan Kilimanjaro, mereka akan membutuhkan banyak bahan.
(Baca juga : Soal Tanggul Laut Raksasa, Indonesia Harus Tiru Rusia Bukan Dubai)
"Jika proyek terlalu mahal untuk pemerintah, secara logis proyek tidak akan dilakukan, tapi ini memberi ide cara alternatif untuk dilakukan di masa depan dalam jangka panjang," kata Bruintjes. "Jika proyek dapat dilakukan, tahap kedua adalah mencari perusahaan rekayasa dan memutuskan mungkin atau tidak dilakukannya proyek ini."
Penulis | : | |
Editor | : | Irfan Hasuki |
KOMENTAR