Pro : Penelitian Editing Gen pada Manusia Harus Dilanjutkan
Februari tahun ini, Human Fertilization and Embryology Authority di Inggris menerima permintaan Francis Crick Institute di London untuk melakukan modifikasi embrio manusia dengan teknik editing gen CRISPR-Cas9.
Ini adalah kali keduanya embrio manusia telah digunakan dalam penelitian tersebut, dan pertama kalinya penggunaannya disetujui oleh otoritas nasional. Ilmuwan di institute tersebut berharap akan membawa titik terang pengembangan embrio--pekerjaan yang akhirnya akan membawa perawatan lebih aman dan sukses.
Embrio yang disediakan pasien harus menjalani vitro fertilisasi, dan tidak dizinkan untuk mengembangkannya lebih dari tujuh hari. Namun dalam teori CRISPR,hal tersebut dapat digunakan untuk memodifikasi gen penyebab penyakit dalam embrio, menghapus skrip yang dalam kode genetik pada masa depan keturunan orang tersebut.
Para pendukung "editing germline pada manusia" turut berpendapat bahwa hal itu akan berpotensi menurunkan bahwa menghilangkan penyakit genetik yang serius, sehingga mampu mengurangi penderitaan manusia di seluruh dunia.
Namun di lain pihak, aksi memodifikasi embrio manusia ini tidak wajar dan membahayakan serta tidak memperhitungkan persetujuan generasi mendatang. Jadi siapa yang benar?
Mari ita mulai dari sisi keberatan terkait modifikasi embrio yang dinilai tidak wajar atau yang setara dengan mempermainkan kehedak Tuhan.
Argumen ini didasarkan pada premis bahwa alam memiliki inheren yang baik. Tapi penyakit itu alami, dan jutaan manudia jatuh sakit dan meninggal secara prematur -- semua terjadi secara alami. Jika kita melindungi mahluk alam dan fenomena alam, sederhana karena mereka alami.
Kita tidak akan mampu menggunakan antibiotik untuk membunuh bakteri atau praktek kedokteran, atau memerangi kekeringan, kelaparan, atau wabah penyakit. Sistem perawatan kesehatan dikelola setiap bangsa yang maju dapat dengan tepat dicirikan sebagai bagian dari apa yang saya sebelumnya sebut sebagai "upaya komphrensif untuk mengagalkan kerja alam."
Substansi alami atau terapi alami akan lebih baik jika tidak alami jika hal itu membuktikan dukungan tersebut sebagai sebuah kesimpulan.
Persoalan mengenai persetujuan tersebut dimunculkan oleh Francis Collins, direktur National Institutes od Health. "Isu-isu etis yang disajikan dengan mengubah germline akan mempengaruhi generasi berikutnya tanpa persetujuan mereka," ujarnya. Hal tersebut menekankan argumen yang kuat terkait editing gen pada embrio manusia itu.
Ini tidak masuk akal sama sekali. Kita tidak memiliki pilihan namun kita membuat keputusan untuk orang-orang di masa depan tanpa mempertimbangkan persetujuan mereka. Semua orang tua melakukan hal ini sepanjang waktu, baik untuk anak-anak mereka yang teralu muda untuk mengatakan setuju atau tidak, atau memang karena mereka belum lahir.
George Bernard Shaw dan Isadora Duncan tahu akan hal itu. Dia mengusulkan germline disengaja untuk menentukan keputusan dengan harapan akan mempengaruhi masa depan anak mereka.
Namun di lain sisi, Shaw berpikir bagaimana jika anaknya nanti memiliki penampilan sepertinya, dan otak seperti pasangannya, sebagai upaya dirinya untuk mengidentifikasi kemungkinan perbedaan. Hasilnya, benar, Shaw maupun pasangannya perlu menunggu persetujuan sang anak yang nanti akan dihasilkan.
Orang tua dan ilmuwan harus berpikir lebih bertanggung jawab terkait kombinasi terbaik yang ada dengan bukti dan argumen yang kuat tentang bagaimana keputusan mereka berhubungan dengan generasi mendatang. Namun pengambilkan keputusan mereka tidak bisa menyertakan persetujuan dari anak-anak di masa depan.
Akhirnya, sebuah argumen muncul, bahwa memodifikasi genom secara inheren adalah berbahaya. Hal itu dikarenakan kita tidak bisa tahu semua cara itu akan memengaruhi sang individu.
Tapi mereka yang takut risiko editing gen tidak memperhitungkan bahaya yang ada dalam cara reproduksi alami. Dua pertiga dari embrio manusia gagal untuk berhasil berkembang, kebanyakan dari mereka adalah kehamilan di bulan pertama.
Setiap tahun, 7,9 juta anak atau 6 persen total kelahiran di seluruh dunia dilahirkan dengan cacat serius akibat dari faktor genetik. Memang begitu risiko seks tanpa kondom, diciptakan sebagai sebuah teknologi reproduksi namunbukan ditemukan dari bagian biologi kita yang berkembang.
Tentu kita perlu tahu sebanyak mungkin mengenai risiko editing gen embrio manusia sebelum penelitian tersebut dilanjutkan.Namun jika penderitaan dan kematian yang disebabkan oleh gangguan mengerikan dari gen tungga seperti cyctic fibrosis dan penyakit Huntington mampu dihindari, keputusan untuk menunda penelitian tersebut tidak harus ditunda.
Sama seperti keadilan yang ditunda adalah keadilan yang ditolak, demikian juga terapi yang tertunda adalah terapi yang ditolak. Hal tersebut menyangkal hidup manusia dari hari ke hari.
!break!Con : Jangan Buka Pintu untuk Gen Editing pada Manusia Masa Depan
Alat editing gen yang dikenal sebagai CRISPR masuk dalam laboratorium ilmiah dan menjadi berita utam beberapa tahun yang lalu. Hal tersebut kemudia muncul menjadi kontroversi konsekuensial: haruskan teknik-teknik baru digunakan oleh para insinyur untuk diterapkan pada masa depan anak-anak yang akan melewati perubahan gen dan diikuti oleh seluruh generasinya?
Ini bukan pertanyaan baru sama sekali. Prospek untuk menciptakan rekayasa genetik manusia secara terbuka diperdebatkan kembali akhir 1990-an. Lebih dari satu dekade sebelum adanya CRISPR dan beberapa tahun sebelum genom manusia dapat dipetakan sepenuhnya.
Hal tersebut ada tidak alam sejak munculnya headline provokatif tentang desainer bayi. Ahli Biologi dari Princeton, Lee Silver menuliskan di majalah Time tahun 1999, dimana klinik kesuburan dalam waktu dekat akan menawarkan "Organic Enhacement" untuk semua orang, termasuk orang-orang yang "tidak memiliki masalah fertilitas".
Bahkan ia menulis, "Pikirkan dalam-dalam, Anda harus beraksi sebelum kehamilan. Jangan menyesal setelah melahirkan. Ini benar-benar kesempatan sekali seumur hidup bagi calon anak Anda nanti."
Dalam waktu yang sama, para pembuat kebijakan dari berbagai negara datang dengan sebuah kesimpulan yang sangat berbeda mengenai kemungkinan genetik .
Mereka dengan sepenuhnya mendukung terapi gen yang dilakukan oleh para ilmuwan dan berharap akan berjalan aman, efektif, dan terjangkau dalam menargetkan penyakit secara lebih luas.
Namun mereka menolak untuk dilakukannya modifikasi menggunakan germline embrio manusia yang secara genetik untuk menghasilkan anak di sekitar 40 negara, melewati hukum yang menentangnya.
Masalah modifikasi germline manusia terlambat dipikirkan secara matang selama dekade pertama abad 21. Tapi kemudia hal tersebut kembali memanas pada bulan April 2015, ketika para peneliti di Sun Yat Sen University mengumumkan telah menggunakan CRISPR untuk mengedir genom embrio manusia. Percobaan mereka sangat tidak sukses dalam hal teknis, tapi mengundang perhatian dunia.
Pada Desember 2015, kontroversi tentang penggunaan CRISPR untuk menghasilkan anak-anak adala agenda utama pada KTT Internasional tentang Human Gene Editing yang diselenggarakan akademi sains nasional dari Amerika Serikat, Inggris, dan Cina.
Hampir setiap pembicara sepakat bahwa saat ini, membuat perubahan ireversibel ke setiap sel dalam tubuh anak-anak di masa depan dan semua keturunan mereka merupakan eksperimentasi manusia yang luar biasa berisiko.
Pembicaraan mengenai penempatan alat editing gen baru pada klinik-klinik kesuburan harus dimulai dengan titik yang jelas, namun hal tersebut beberapa kali terabaikan.
Secara definisi, editing gen germline tidak akan mengancam kebutuhan medis seseorang.
Di luar masalah teknis, ditemukan pertanyaan sosial dan politis. Akankah editing gen dibenarkan, di luar risiko yang ada, bagi orang tua yang mungkin saja menurunkan penyakit bagi generasi selanjutnya.
Sejumlah pasangan heteroseksual mungkin ragu-ragu untuk menggunakan opsi ini karena mereka ingin seorang anak yang bukan hanya terhindar dari gen rusak namun juga memiliki kemiripan dengan mereka.
Mereka dapat melakukannya dengan teknik screening embrio yang disebut dengan teknik screening embrio bernama implantasi genetik diagnosis (PGD).
PGD sendiri akhirnya mengangkat sebuah perhatian terkait penenerapannya secara sosial maupun etika. Pertanyaan penting ini berasal dari prespektif hal penyandang disabilitas.
Benar jika sejumlah pasangan (dalam jumlah yang sangat kecil) tidak akan mampu memproduksi embrio yang tidak terpengaruh, sehingga tidak perlu menggunakan PGD untuk melawan penyakit genetik lainnya.
Dari prespektif hukum, bagaimana kita menggambarkan perbedaan antara medis dengan tujuan penambahan modifikasi germline?
Kita tahu bahwa orang yang lebih tinggi cenderung mendapatkan lebih banyak uang. Begitu juga orang-orang dengan kulit pucat. Namun apakah merencanakan varietas hari depan anak secara finasial dan sosial dianggap sebagai sebuah keharusan?
Coba pikirkan kembali mengenai "Organic Enhacement" yang dibicarakan sebelumnya. Mereka itu fiktif, namun mereka mencoba memprediksi kehidupan manusia di masa depan. Akan ada perubahan sosial, dan akan sulit untuk kembali pada perubahan genetik itu.
Penulis | : | |
Editor | : | test |
KOMENTAR