Kehadiran partikel nano magnetik dalam otak manusia pertama kali ditemukan tahun 1992. Namun tak banyak yang tahu dari mana mereka berasal dan efek apa yang mereka berikan.
Sebuah penelitian terbaru mengindikasikan bahwa partikel tersebut datang dari lingkungan bersuhu tinggi, yang menunjukkan bahwa mereka bukanlah produk yang dihasilkan dari fungsi aneh dalam tubuh manusia. Bentuk mereka mengindikasikan bahwa mungkin mereka berasal dari hasil industrialisasi, dibanding dari sumber biologis.
Profesor Barbara Maher dari University of Lancaster menggunakan sampel dari 37 orang yang pernah tinggal di Mexico City atau Manchester, Inggris. Dengan mengkombinasikan analisis magnetik dan mikroskopi elektron untuk mempelajari partikel magnet pada otak, ia menemukan dua tipe berbeda dengan asal yang juga berbeda.
Partikel magnet memainkan peran dalam banyak hewan, terutama yang paling terkenal adalah merpati rumahan, yang ia gunakan untuk merasakan medan magnet.
Namun bagaimanapun, dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, Maher melaporkan bahwa tipe lain memiliki kesamaan magnetite nanosfer yang dibentuk oleh pembakaran. Secara khusus, beberapa partikel tampak telah menyatu dan sulit untuk dijelaskan tanpa adanya suhu tinggi.
Magnetite ( Fe3O4 ) merupakan salah satu zat alami. Tanpa adanya itu, manusia tidak akan pernah mengerti hubungan aliran listrik. Partikel magnet memainkan peran dalam banyak hewan, terutama yang paling terkenal adalah merpati rumahan, yang ia gunakan untuk merasakan medan magnet.
Maher sendiri mengambil kesimpulan bahwa produksi pratikel magnet dengan diameter kurang dari 20 nanometer yang masuk ke dalam otak merupakan hasil dari kegiatan industri. Sekali berada dalam otak, partikel tersebut akan menghasilkan zat kimia yang dikenal dengan oksigen reaktif yang berhubungan dengan penyakit Alzheimer.
Penulis | : | |
Editor | : | test |
KOMENTAR