Sekitar seratus peserta International Folk Dance Festival (IFDF) dari negara-negara dunia tampil dalam busana khas dan membawakan tarian rakyat dalam acara karnaval budaya di Lapangan Puputan, Bali, Selasa (11/10). Karnaval ini termasuk dalam rangkaian kegiatan World Culture Forum yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud).
Negara-negara yang berpartisipasi dalam karnaval ini antara lain Bulgaria, Rusia, Latvia, Polandia, Republik Ceko, Italia, Taiwan, Uzbekistan, Slovakia, Kazakhstan, Thailand, Argentina, Yunani dan Indonesia.
Tim Indonesia menampilkan beberapa seni budaya dari berbagai daerah, di antaranya Reog Ponorogo, Tari Hudog dari Kalimantan, Tari Tirtawening dari Boyolali, Ogoh-ogoh dari Bali, Tari Yosim Pancar dari Papua, Tari Sekar Jempiring dari Bali, dan karnaval busana dari Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.
Tari Sekar Jempiring menjadi tarian pembuka acara. Tarian yang menjadi maskot Kota Denpasar ini mengisahkan tentang keharuman bunga jempiring yang banyak tumbuh di kawasan Denpasar.
Pembukaan secara resmi ditandai dengan ditembakkannya anak panah Cakra Bhuwana Mandala Budaya oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kemdikbud, Hilmar Farid.
Dalam sambutannya, Hilmar mengatakan bahwa karnaval budaya ini diselenggerakan untuk mengekspresikan budaya tiap-tiap negara.
“Pesan kuncinya, keberagaman adalah bagian dari kehidupan manusia, dan kebudayaan harus bisa menjadi kekuatan kita bersama dalam menjalin persahabatan di dunia,” katanya.
Dalam acara tersebut, Suzie Moya Benites, perwakilan dari Filipina membacakan deklarasi Festival Tari Tradisional. Deklarasi ini merupakan kesepakatan dari 16 negara peserta IFDF. Salah satu poinnya menyepakati bahwa budaya harus berkelanjutan dan dilestarikan agar dapat diwariskan kepada generasi berikutnya.
Tari Yosim Pancar yang telah ditetapkan sebagai tarian pergaulan Papua sejak tahun 1997, menjadi pamungkas dalam acara karnaval ini.
Dirjen Kebudayaan berharap, WCF dapat lebih banyak menampilkan ekspresi seni dan budaya. “Bukan hanya satu sore, tetapi ada pentas yang memberi ruang cukup bagi berbagai komunitas untuk berekspresi,” pungkasnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR