Sebuah tim anti-perburuan menyelamatkan seekor gajah muda yang tenggelam pada bulan ini. Penyelamatan tersebut dilakukan oleh tim Air Shepherd di Hwange National Park, Zimbabwe.
Air Shepherd adalah sebuah kemitraan antara Lindberg Foundation dan perusahaan UAV and Drone Solutions yang juga bekerja untuk mencegah pemburu di Hwange dan taman-taman lainnya di sekitar Afrika.
Selama misi penyisiran pada pagi-pagi buta, pilot dari Air Shepherd Drone Tom Lautenbach dan Gift Kgaduma sedang menelusuri Hwange, dan merasa melihat sesuatu ditengah-tengah taman.
“Kami terkejut melihat empat kaki berwarna abu-abu yang sangat besar mencuat dari palung air buatan manusia yang digunakan untuk menyediakan air minum bersih,” kata Lautenbach di dalam email. “Kami kemudian menyadari bahwa itu adalah kaki dari seekor gajah.”
Pada awalnya, Lautenbach dan Kgadima pikir gajah tersebut telah mati terbunuh oleh pemburu yang kemungkinan diracuni dengan sianida. Hal tersebut merupakan masalah yang besar, kata Otto Werdmuller Von Elgg, direktur dari Air Shepherd dan pendiri UAV and Drone Solutions.
Sianida biasa digunakan dalam pertambangan emas, sehingga hal semacam ini sudah menyebar di Afrika bagian selatan. Para pemburu biasanya meneteskan beberapa kilo sianida di sebuah lubang air, dan meracuni segala sesuatu yang ada secara langsung, kata Von Elgg, mulai dari mamalia besar hingga ikan dan katak.
Tapi setelah beberapa saat, gajah tersebut mulai menggelepar-gelepar dan mencoba untuk membebaskan diri. Lautenbach dan Kgadima langsung bertindak. Jika mereka tidak bertindak tentu saja gajah malah itu akan tenggelam dalam waktu yang singkat, tambah Von Elgg.
Kepala gajah tersebut berada di bawah air,namun ia masih bisa tetap bernapas karena belalainya yang berada di atas permukaan. Para pilot drone mengikat sebuah tali di kaki hewan tersebut dan mencoba untuk menariknya keluar dari air dengan kendaraan mereka. Namun hal tersebut tidak berhasil, dan para pilot segera meminta bantuan.
Bersama petugas dari Taman Nasional, tim kemudian mengikat gajah dengan tali lain dan berhasil menarik kaki gajah tersebut.
“Tentu saja ia kelelahan dan ketakutan serta tidak mampu berdiri untuk sementara waktu,” kata Lautenbach. “Kami menunggu beberapa saat hingga gajah tersebut kembali mendapatkan kekuatannya dan memutuskan untuk mendorongnya ke sisi permukaan yang lebih dangkal sehingga ia dapat berjalan dengan mudah dan ia berhasil melakukannya.”
Von Elgg mengatakan bahwa tim Air Shepherd sudah menggunakan drone untuk memerangi para pemburu di Afrika Selatan selama sekitar 4 tahun, dimulai dari Kruger National Park. Tim biasanya menggunakan drone senyap dan bekerja pada malam hari, sehingga keberadaan alat ini sangat sulit terdeteksi .
Selama musim kemarau, seperti yang sedang terjadi saat ini, para hewan cenderung berkonsentrasi di sekitar lubang atau wilayah yang berair. Dan hal tersebut tentu menjadi sasaran empuk para pemburu. Sehingga Air Shepherd berpatroli di daerah berair yang paling dekat dengan desa atau wilayah pemburu.
"Ini pekerjaan yang sangat sulit, tapi tim kami mengalami kejadian yang luar biasa setiap harinya," kata Von Elgg.
Penulis | : | |
Editor | : | endah trisulistiowaty |
KOMENTAR