Pemerintah Tiongkok mengumumkan bahwa negaranya akan menutup pasar gading domestik pada akhir 2017.
Pengumuman ini datang lebih dari setahun setelah Presiden Tiongkok, Xi Jinping, dan Presiden Amerika Serikat pada masa itu, Barack Obama, berjanji untuk memberlakukan larangan hampir total terhadap impor dan ekspor gading. Perjanjian ini disebut-sebut sebagai langkah paling signifikan dalam upaya menghentikan industri yang mendorong perburuan ilegal terhadap gajah liar.
Perjanjian tersebut juga diikuti oleh komitmen oleh masyarakat internasional untuk menutup pasar gading domestik pada Oktober silam.
“Ini adalah hadiah tahun baru paling baik yang pernah saya dapatkan,” kata Sue Lieberman, wakil presiden kebijakan internasional Wildlife Conservation Society, lembaga nonprofit berbasis di New York yang bekerja untuk membantu menyelamatkan gajah dan satwa liar lainnya.
“Tiongkok merupakan pasar terbesar, baik untuk gading kecil maupun yang besar dan mahal,” tambahnya.
Saat ini Tiongkok memiliki 34 produsen gading dan 130 toko ritel berlisensi yang menjual gading. Melalui pengumuman ini, pemerintah Tiongkok menyatakan akan mencabut beberapa lisensi pada Maret 2017 dan menghentikan semua kegiatan pengukiran gading komersil serta penjualannya pada akhir tahun ini. Rencana ini menghapuskan tahap demi tahap perdagangan gading dan mendorong para pengukir gading untuk mulai menggunakan material lainnya.
Lieberman mengatakan, ia berharap upaya Tiongkok menghapuskan pasar gading tahap demi tahap selama setahun ini akan mempercepat penutupan pasar gading di Hong Kong yang sebenarnya ditargetkan pada 2021. Hong Kong merupakan pasar ritel terbesar di dunia untuk gading gajah dan titik transit utama untuk perdagangan gading ilegal ke daratan Tiongkok. Ia juga menambahkan bahwa Jepang dan Uni Eropa perlu menghapuskan perdagangan gading legal mereka, karena hal tersebut dapat mendorong peningkatan perburuan ilegal.
“Satu-satunya cara untuk menyelamatkan gajah ialah menutup pasar gading mereka,” pungkasnya.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR