Kita sering mendengar tentang manfaat mengurangi asupan kalori untuk mendapatkan usia yang lebih panjang. Penelitian memang membuktikan bahwa pengurangan asupan makanan secara drastis bisa memperpanjang usia dua kali lipat pada hewan pengerat, cacing, dan serangga.
Bahkan penelitian selama 20 tahun terhadap monyet rhesus, spesies yang merupakan kerabat dekat manusia, mendapati bahwa manfaat diet itu ternyata beragam, mulai dari kekebalan terhadap kanker, mengurangi kemungkinan sakit jantung, dan berkurangnya resiko penyakit yang terkait dengan pertambahan usia.
Walau banyak manfaat yang didapatkan dengan mengurangi asupan kalori, namun yang menjadi pertanyaan adalah: siapa yang mau terus menerus kelaparan sepanjang hidupnya? Apakah ada cara yang lebih mudah? Bisakah kita mendapatkan manfaat yang sama namun dengan cara yang tidak menyiksa?
Baca juga: Mengapa Kita Belum Merasa Kenyang Jika Belum Makan Nasi?
Jawabannya ternyata ada. Cara itu disebut puasa berkala atau intermittent fasting (IF), dan biasa diterapkan pada atlet-atlet angkat beban, crossfit, dan olahraga lainnya.
“Ketika mendengar kata puasa, orang biasanya akan membayangkan seminggu tidak makan,” kata Brad Pilon, penulis buku Eat Stop Eat. “Namun mestinya tidak begitu, melainkan bayangkan bahwa kita hanya mengambil jeda waktu lebih panjang antara waktu makan.”
Menurut Pilon, manfaat IF bisa didapat ketika kita setidaknya selama 12 jam tidak makan apapun, kecuali minum air. Sederhananya, kita bisa mulai makan pukul 8 pagi, dan berhenti makan pukul 3 sore. Setelah itu hanya minum air putih sampai keesokan harinya. Dengan begitu ada jeda waktu lebih dari 12 jam di mana kita tidak memasukkan kalori dalam tubuh.
Meski terdengar bertolak belakang dengan anjuran yang menyebutkan lebih baik makan sedikit namun sering, metode ini diyakini membuat tubuh lebih bertenaga, membakar lemak lebih banyak, mengurangi kemungkinan penyakit jantung, kanker, dan diabetes, serta membuat tubuh lebih cepat memulihkan diri.
Kebiasaan makan seperti ini sebenarnya sudah dilakoni para nenek moyang kita yang hidup sebagai pemburu. Mereka tidak selalu mendapat hewan buruan, sehingga ada masa-masa harus berpuasa. Dan seperti mereka, tubuh kita memang dirancang untuk bisa bertahan menghadapi situasi seperti itu.
Sulitkah membiasakan diri dengan pola makan seperti itu? Mereka yang pernah melakukannya menyebutnya sebagai hal yang mudah. Begitu kita melakukannya selama seminggu, maka kebiasaan itu menjadi mudah. Beberapa rekan yang mencoba diet yang di Indonesia diperkenalkan entertainer Deddy Corbuzier sebagai OCD ini mengaku mendapat manfaatnya.
Mendapatkan kebugaran sekaligus tubuh berotot
Manfaat lain dari IF adalah mengurangi timbunan lemak pada tubuh. Kita mempelajari bahwa salah satu bahan bakar tubuh adalah glukosa yang berasal dari gula. Kita mendapatkannya melalui makanan seperti gula, karbohidrat (roti, nasi, dll), maupun minuman ringan.
Namun sebenarnya tubuh kita memiliki bahan bakar lain yang disebut ketones. Saat tubuh kehabisan glukosa, maka molekul ini mulai membakar lemak dalam tubuh. Ini terjadi saat kita berpuasa, atau di saat jeda tidak makan. Bila pada saat jeda itu kita juga berolahraga, maka pembakaran lemak akan lebih banyak, sehingga kadar lemak dalam tubuh kita akan berkurang.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR