Salah satu gunung es terbesar di dunia terlepas dari Paparan Es Larsen C di Antartika dan menarik perhatian masyarakat dunia minggu ini. Tapi sebenarnya, kemerosotan Paparan Es Larsen telah berlangsung selama lebih dari dua dekade.
Penurunan dramatisnya telah didokumentasikan dalam gambar berurutan di Atlas-atlas Dunia milik National Geographic. Potongan besar paparan es bisa terlihat menghilang dalam peta dari edisi tahun 1990, 2005, dan 2015 yang terdapat dalam atlas.
Baca juga: Akibat Perubahan Iklim, Antartika Kembali Hijau Seperti Zaman Purba
Penurunan tersebut berlanjut Rabu lalu, ketika gunung es raksasa bernama A68 seukuran Pulau Bali terpecah dari Paparan Es Larsen C. Dengan luas sekitar 5.800 km persegi, A68 termasuk salah satu gunung es terbesar dalam sejarah yang terlepas dari benua itu.
Edisi Atlas Dunia National Geographic rencananya akan diterbitkan pada 2019 dan akan diperbaharui untuk menunjukkan Paparan Es Larsen C yang retak.
Paparan es adalah lapisan es tebal yang mengapung dan terhubung dengan daratan, serta mengelilingi sekitar 75 persen garis pantai Antartika. Paparan Es Larsen, yang namanya diambil dari penjelajah Norwegia, Carl Anton Larsen, berada di pesisir timur laut Semenanjung Antartika di sepanjang Laut Weddell.
Meskipun belum ada bukti konkrit bahwa perubahan iklim merupakan penyebab peristiwa lepasnya gunung es dari Paparan Es Larsen C, suhu laut yang menghangat terbukti menyebabkan paparan es semakin rentan pecah dan ambruk.
Baca juga: Alami Keretakan, Paparan Es Semenanjung Antartika Terancam Runtuh
Ketika NASA pertama kali memotret Paparan Es Larsen pada tahun 1960-an, keretakan fatal yang memisahkan gunung es raksasa ini dari Larsen C sudah terlihat.
Paparan es secara alamiah mengalami proses yang disebut calving, atau melepaskan potongan es besar. Namun, A68 dari Larsen C ini merupakan gunung es raksasa ketiga yang lepas dari paparan es tersebut sejak 1995. Jeda yang relatif singkat antar calving ini membuat beberapa ilmuwan risau.
Larsen A, B, C
Pada Januari 1995, Larsen A, area paling utara Paparan Es Larsen, kehilangan sekitar 1994 km persegi es akibat badai ketika gunung es raksasa terlepas di bagian selatan. Pada tahun 1999, Atlas Dunia National Geographic menambahkan sebuah catatan tentang paparan es, menyebutkan adanya disintegrasi percepatan untuk pertama kalinya.
Kemudian pada 2002, mayoritas Larsen B—yang terletak di selatan Larsen A—pecah dan ambruk hanya dalam kurun waktu satu bulan. Peristiwa ini menyebabkan berkurangnya luas paparan es sebesar 3237 km persegi.
Para ilmuwan menghubungkan pecahnya kedua gunung es tersebut dengan serangkaian musim panas yang luar biasa hangat dan musim panas yang sangat hangat pada 2002. Para peneliti mengamati pelelehan substansial selama ini, dan mencatat bahwa area-area yang meleleh bertingkah seperti paku, mendesak lebih dalam retakan yang sudah ada.
Baca juga: Es Laut Antartika Menyusut Hingga Titik Terendah
Pada 2005, Atlas Dunia National Geographic diperbaharui untuk menampilkan pecahan Larsen B. Sisa-sisa Paparan Es Larsen B, yang diperkirakan akan bertahan selama setidaknya 10.000 tahun, mengalami penurunan cepat dan kemungkinan akan benar-benar hilang pada akhir dekade ini.
Sementara itu, pecahan terbaru Larsen C—yang berbobot sekitar satu triliun ton—kemungkinan akan pecah menjadi beberapa potongan yang lebih kecil. Sebagian di antaranya mungkin akan bertahan di Laut Weddell selama beberapa dekade, sementara sebagian yang lain akan hanyut ke utara.
Menulis ulang peta
Dalam edisi paling baru Atlas Dunia National Geographic tahun 2015, catatan tentang Paparan Es Larsen diperluas untuk memasukkan informasi tentang Larsen B, dan keterangan keruntuhannya yang disebabkan musim panas yang tak lazim.
"Menangkap perubahan-perubahan ini begitu menantang," kata Ted Sickley, direktur basis data kartografi National Geographic. "Laju perubahan lingkungan tampaknya meningkat, namun pada saat yang sama kami mendapatkan keuntungan dari citra satelit yang lebih baik dan teknologi lainnya yang membantu kami mengidentifikasi dan menambahkan perubahan ini ke dalam peta."
Baca juga: Ribuan Danau Biru Muncul di Antartika. Pertanda Berkah atau Bencana?
Akibat banyaknya bagian yang telah hancur, para ilmuwan saat ini khawatir hal tersebut akan menyebabkan Paparan Es Larsen menjadi kurang stabil. Selain itu, lapisan es yang tersisa juga menipis pada tingkat rata-rata 1,8 sampai dengan 2,7 meter tiap tahunnya. Jika semua es glasial di gunung es Larsen C yang lepas itu meleleh, permukaan laut diperkirakan akan naik setengah inci.
—————————————————————
Simak Laporan Khusus: Saat Es Antartika Meleleh dalam majalah National Geographic Indonesia edisi Juli 2017. Dalam laporan tersebut, lihatlah bagaimana ilmuwan memantau pelelehan es benua Antartika, yang dapat menyebabkan krisis global. Di bagian selanjutnya, Anda akan diajak mengunjungi dunia laut eksotis di bawah Antartika, yang jarang dilihat orang.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR