Dampak manusia
Seperti di berbagai tempat lain, keadaan di Wallacea berubah drastis pada satu abad terakhir. Populasi manusia hampir berlipat empat. Pembangunan di Indonesia secara umum berjalan sangat cepat.
Pembukaan hutan pertama di Wallacea dimulai pada awal abad ke-21. Hutan-hutan dibabat untuk pertanian, hutan produksi kayu, dan skema pemindahan penduduk yang menempatkan ratusan ribu orang dari daerah padat penduduk Jawa ke pulau-pulau lain yang tidak begitu padat (dan kurang produktif).
Ini semua telah mengurangi habitat hutan, terutama di dataran rendah, dan mengakibatkan penurunan populasi spesies hutan secara dramatis dan parah (beberapa spesies penurunannya sampai 90%).
Banyak hutan yang tersisa diberikan untuk konsesi hutan produksi kayu. Lebih jauh, kebakaran hutan dan lahan terus menjadi masalah besar. Ini diperparah oleh kekeringan yang disebabkan pembukaan hutan dan pertanian, dan dalam beberapa situasi pembakaran yang disengaja.
Secara umum, sekitar 45% dari Wallacea masih memiliki tutupan hutan. Namun untuk hutan yang masih dalam kondisi alami, persentase tersebut turun hingga hanya sekitar 15%, atau sekitar 50.774 kilometer persegi.
Saat ini, perlindungan hutan di Wallacea tidak terlalu intensif. Wilayah yang dilindungi adalah sekitar 24.387 kilometer persegi atau 7% dari wilayah keseluruhan.
Tentu saja, menetapkan area konservasi hanya langkah awal. Sesudah wilayah tersebut ditetapkan, perlu manajemen, dan kerja sama antara masyarakat lokal, pemerintah, dan sektor swasta untuk benar-benar berhasil melindungi keragaman hayati. Selama jutaan tahun, makhluk-makhluk yang luar biasa berhasil berkembang. Kita punya kewajiban moral untuk melindungi keajaiban ini.
Jatna Supriatna, Professor of Conservation Biology, Universitas Indonesia
Sumber asli artikel ini dari The Conversation. Baca artikel sumber.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR