Nationalgeographic.co.id—Untuk pertama kalinya dalam kasus medis, drone memiliki peran dalam membantu menyelamatkan manusia yang mengalami serangan jantung. Kisah ini bermula ketika seorang pria berusia 71 tahun dari Trollhättan, Swedia, mengalami serangan jantung mendadak pada bulan lalu.
Sebuah drone atau pesawat tak berawak kemudian membawakan defibrilator yang akan menyelamatkan hidup pria tua tersebut. Proses ini disebut sebagai pengiriman defibrilator pertama melalui drone dalam sejarah medis.
Sistem pengiriman yang bekerja cepat ini memungkinkan Dr Mustafa Ali, yang sedang mengemudi ketika dia melihat pria itu pingsan, untuk memulai defibrilasi sebelum ambulans tiba. Apa yang dilakukan Ali ini memainkan peran besar dalam menyelamatkan nyawa pria tua tersebut.
"Saya tidak dapat mengungkapkan dengan kata-kata betapa bersyukurnya saya atas teknologi baru ini dan pengiriman defibrilator yang cepat. Jika bukan karena drone itu, saya mungkin tidak akan berada di sini," kata pasien berusia 71 tahun itu dalam sebuah pernyataan kepada Everdrone.
Pria itu telah pulih sepenuhnya dan telah kembali ke rumah.
Baca Juga: Video: Pilot Drone di Indonesia Harus Tahu Peraturan Penerbangan Ini
Dikutip dari IFL Science, waktu antara panggilan yang dilakukan ke layanan darurat dan kedatangan pesawat tak berawak itu hanya lebih dari tiga menit, jauh lebih pendek daripada waktu respons ambulans rata-rata di Swedia, yang antara lima dan 10 menit di daerah perkotaan.
Diperkirakan bahwa untuk setiap menit yang berlalu setelah serangan jantung tanpa defibrilasi, kemungkinan bertahan hidup seorang berkurang antara 7 hingga 10 persen. Setelah lima menit, peluang untuk bertahan hidup sangat tipis dan akibatnya, tingkat kelangsungan hidup serangan jantung di luar rumah sakit kurang dari 10 persen.
Fakta kefatalan ini menyoroti pentingnya sistem penyebaran defibrilator yang cepat. Everdrone menganggap metode terbaik adalah mengirimkannya melalui drone udara.
Everdrone, perusahaan teknologi di Swedia tersebut, telah mengoperasikan sistem defibrillator berbasis drone di wilayah Västra Götaland, Swedia, bekerja sama dengan Center for Resuscitation Science di Karolinska Institutet dan SOS Alarm. Mereka mengklaim saat ini memiliki jangkauan ke sekitar 200.000 penduduk di Swedia dan berharap bisa memperluas ke lebih banyak lagi pada 2022.
Selama studi percontohan empat bulan yang dilakukan pada tahun 2021, Everdrone berhasil mengirimkan perangkat defibrilasi untuk 92 persen –11 dari 12– peringatan serangan jantung yang dicoba. Dari 12 kasus percobaan tersebut, tujuh drone bisa tiba sebelum ambulans datang.
"Ini adalah teknologi yang benar-benar revolusioner yang perlu diterapkan di mana-mana; serangan jantung mendadak bisa terjadi pada siapa saja, tidak hanya orang tua dengan arteriosklerosis," kata pasien tersebut.
Drone yang digunakan untuk mengirimkan perangkat defibrilasi ini bukanlahn drone biasa. Berkat tim insinyur perangkat lunak yang berdedikasi di Pusat Kontrol Misi mereka, setiap drone dilengkapi dengan sistem perencanaan rute, sistem penghindaran rintangan di dalam pesawat, parasut darurat, dan sistem pendaratan otomatis untuk mendarat dengan aman di dekat pasien.
Drone ini bersifat otonom, sehingga dapat dikirim oleh layanan darurat dalam perjalanan ke pasien. Jadi, drone ini bisa diatur untuk mendarat pada saat pesawat tak berawak ini tiba di tempat yang ditentukan.
Baca Juga: Sayap Burung Kolibri Menginspirasi Pembuatan Drone dan Teknologi Lainnya
Kala Terbunuhnya De Bordes oleh Depresi, Jadi 'Sejarah Kecil' di Hindia Belanda
Source | : | IFL Science |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR