Bulan Oktober 2017 lalu, dunia Astronomi dibuat geger dengan ditemukannya sebuah benda langit yang sangat istimewa. Sempat dikira komet atau asteroid biasa, para ilmuwan akhirnya menyimpulkan bahwa benda tersebut adalah sebuah asteroid antar bintang.
Saking uniknya penemuan ini, para ilmuwan, badan antariksa berbagai negara, dan teleskop baik di Bumi maupun di orbit langsung banting setir dan mengarahkan mata mereka ke objek ini.Apakah sebenarnya asteroid antarbintang itu? Mengapa hal ini begitu istimewa?
Penemuan Asteroid Antar Bintang
Pada tanggal 19 Oktober 2017, Robert Weryck, seorang astronom di Universitas Hawaii di Manoa (University of Hawaii at Manoa), melakukan tugas rutin untuk program Near-Earth Object (NEO). NEO adalah program NASA (National Aeronautics and Space Administration, badan antariksa Amerika Serikat) yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mengawasi dan mempelajari benda-benda langit yang berada di dalam medan gravitasi Bumi, seperti asteroid.
Baca juga: Mencari Alien, NASA Susun Misi Ambisius untuk 2069
Asteroid adalah sisa pembentukan Tata Surya, dan diharapkan dengan mempelajarinya kita dapat mempelajari komposisi kimia awal dan proses terbentuknya Tata Surya. Fungsi lain dari program ini adalah mengidentifikasi dan mengawasi asteroid/benda langit lain di sekitar Bumi yang berpotensi membahayakan, misalnya yang berpotensi menabrak Bumi.
Menggunakan teleskop PAN-STARR1 di Observatorium Haleakala, Hawaii, Weryk menemukan sebuah objek kecil yang awalnya ia duga sebagai komet atau asteroid biasa. Penemuan ini ditindaklanjuti oleh rekannya, Marco Micheli, yang kemudian mengarahkan teleskop Tenerife di Canary Island milik European Space Agency (ESA) untuk melakukan observasi lanjutan. Observasi dan perhitungan yang dilakukan setelahnya menyimpulkan bahwa benda tersebut adalah asteroid, dan yang lebih menghebohkan lagi, asteroid ini tidak berasal dari Tata Surya.
Untuk menentukan asalnya, para ilmuwan melacak kembali lintasan asteriod tersebut: dari mana dia datang dan ke mana dia akan pergi. Dari pelacakan ini para ilmuwan menemukan bahwa lintasan asteroid ini berbentuk hiperbola, bukan lingkaran atau elips seperti layaknya planet atau asteroid di Tata Surya. Eksentrisitas orbit dari lintasan ini adalah 1,2; nilai terbesar yang pernah dideteksi oleh para ilmuwan.
Supaya kita dapat memahami betapa signifikannya angka 1,2 tersebut, kita harus memahami konsep eksentrisitas orbit itu sendiri. Eksentrisitas orbit adalah sebuah parameter yang menyatakan sejauh mana bentuk orbit suatu benda langit melenceng dari bentuk lingkaran sempurna.
Nilai 0 menunjukkan bentuk lingkaran sempurna, nilai 0-1 menunjukkan bentuk elips, dan nilai di atas 1 menunjukkan bentuk hiperbola. Lebih menarik lagi, nilai eksentrisitas di atas 1 juga menyatakan bahwa kecepatan lepas objek tersebut melampaui kecepatan lepas Matahari, sehingga ia tidak akan tertangkap oleh medan gravitasi Matahari dan akan pergi meninggalkan Tata Surya. Kecepatan lepas adalah kecepatan minimum suatu benda untuk melepaskan diri dari tarikan gravitasi benda lain.
Faktor lain yang membuat mereka yakin bahwa objek ini bukan berasal dari Tata Surya adalah kecepatannya. Setiap objek yang mendekati benda langit (seperti planet atau bintang) akan mengalami percepatan karena tarikan gravitasi planet atau bintang tersebut. Contoh mudahnya adalah Bumi sendiri.
Saat Bumi bergerak di titik terdekatnya dengan Matahari (perihelion), kecepatan revolusi Bumi lebih tinggi (30.300 m/detik) daripada apabila Bumi berada di titik terjauh (aphelion, sekitar 29.300 m/detik).
Asteroid yang baru ditemukan ini memiliki kecepatan yang sangat tinggi, yang tidak mungkin dihasilkan dari percepatan gravitasional Matahari saja. Kecepatan awalnya tentunya sudah sangat tinggi yang membuat para ilmuwan menyimpulkan bahwa objek ini tidak mungkin berasal dari Tata Surya sendiri. Setelah melewati Matahari, asteroid ini akan melanjutkan perjalanannya, meninggalkan Tata Surya dan tidak akan pernah kembali.
Penulis | : | |
Editor | : | Ema Indah Ruhana |
KOMENTAR