Nationalgeographic.co.id—Di sudut terpencil di Turki tinggal sebuah keluarga yang tampaknya tidak mengalami evolusi. Hujan turun rintik-rintik ketika seorang pria terhuyung-huyung di trotoar. Sepintas ia terlihat seperti mabuk, menempel di dinding batu di sisi kirinya dan gelisah.
Perlahan menurunkan tangannya, terbungkus sandal hijau, ke tanah berlumpur. Dengan hati-hati, ia mulai berjalan menjauh, dengan merangkak.
Pria itu adalah salah satu dari lima anak dalam keluarga yang mengalami kondisi tidak biasa yang membingungkan. Ini membuat para ilmuwan keheranan sejak mereka pertama kali ditemukan pada 2005. Orang tuanya normal. Tapi 5 dari 19 keturunan mereka “berkaki empat” dan berjalan seperti primata.
Teori-teori sebelumnya menyatakan keluarga ini mewarisi kebiasaan nenek moyang primata. Namun penelitian terakhir menyatakan bahwa penelitian-penelitan sebelumnya semuanya salah. Ini bukan warisan. Ini adalah adaptasi terhadap kelainan yang langka yang dialami oleh kakak beradik ini.
Menurut salah satu peneliti, mereka mengalami kelainan yang disebut sindrom Uner Tan. Sindrom ini ditandai dengan hilangnya keseimbangan, gangguan kemampuan kognitif, dan kebiasaan berjalan berkaki empat. Menurut teori Uner Tan, ini menunjukkan “tahap terbelakang dalam evolusi manusia.” Dengan kata lain, kakak beradik dari Turki ini dianggap sebagai bukti berjalan bahwa kemajuan evolusi bisa saja lenyap. Jika itu terjadi, kita mungkin akan kembali berjalan dengan cara merangkak.
Penemu sindrom ini, Uner Tan, menyadari bahwa mereka menunjukkan gaya berjalan nenek moyang manusia yang mirip kera. Uner Tan, seorang ahli biologi evolusi, merupakan ilmuwan yang pertama kali menyarankan adanya evolusi terbalik pada manusia.
Peneliti Inggris menyanggah pendapat Tan. Dalam studi terpisah, ia menunjukkan bahwa primata berjalan dengan cara yang berbeda dengan keluarga ini. Mereka meletakkan semua berat badan di pergelangan tangan. Tidak pada buku-buku jari seperti primata.
Baca Juga: Temuan Ini Ungkap Gaya Hidup Mewah di Turki Sejak 5.000 Tahun Lalu
Studi lainnya membantah anggapan bahwa kakak beradik ini alami evolusi terbalik. Mereka tidak, seperti dugaan Tan sebelumnya, berjalan seperti primata. Primata berjalan dalam urutan diagonal, di mana mereka meletakkan tangan di satu sisi dan kaki di sisi lain. Lalu mengulangi pola ini saat mereka maju. Sementara itu, keluarga ini berjalan menyamping — mirip dengan hewan berkaki empat lainnya.
Menurut para peneliti, cara berjalan ini merupakan kondisi keturunan yang menyebabkan hipoplasia serebelar. Menurut keterangan dari National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS), hipoplasia serebelar adalah neurologis ketika otak kecil memiliki ukuran lebih kecil daripada yang seharusnya dan tidak berkembang sempurna. Kondisi ini menyebabkan masalah pada fungsi motorik dan perkembangan otot.
Kelainan ini memengaruhi keseimbangan, sehingga tidak heran jika mereka mengalami kesulitan untuk berjalan dengan kedua kaki. Untuk beradaptasi, keluarga ini pun mengembakan quadrupedalisme. Ini adalah sebuah bentuk lokomosi terestrial pada hewan memakai empat paha atau lutut.
Penelitian ini dilakukan oleh Liza J. Shapiro dari Universitas Texas.
Source | : | Washington Post |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR