Sebuah kota di Norwegia yang sangat dingin memaksa penduduknya untuk hidup dalam kondisi sulit, bahkan ketika menghadapi kematian.
Longyearbyen, sebuah daerah terpencil di kepulauan Svalbard dengan populasi 2.000 penduduk, membuat aturan yang melarang kematian seseorang.
Artinya, penduduk yang sakit parah harus dibawa sejauh ratusan kilometer ke arah selatan saat hari-hari terakhir dalam hidup mereka.
Baca juga: Gletser Meleleh, Ribuan Artefak Kuno di Norwegia Terungkap
Tubuh yang tidak membusuk karena dinginnya temperatur udara menjadi alasan di balik ilegalnya kematian manusia di wilayah tersebut.
Aturan itu muncul ketika flu Spanyol yang meresahkan warga ditemukan berasal dari mayat yang dikubur pada satu abad lalu.
Suhu rata-rata di Februari sekitar -17 derajat celsius, tetapi bisa turun lebih rendah.
Jenazah yang tidak dapat membusuk menyebabkan penyakit yang diderita orang tersebut juga tidak bisa lenyap.
Pemeriksaan terbaru terhadap 11 jenazah yang dimakamkan di Longyearbyen mengungkap bahwa flu Spanyol masih ditemukan di dalam tubuh mereka.
Seluruh jenazah itu dikubur pada 1918 saat pandemi menyebar di dunia dan merenggut nyawa sekitar 50 juta hingga 100 juta.
Pada Agustus 1998, tepat 80 tahun setelah pandemi flu Spanyol menyapu dunia, Kirsty Duncan dari Universitas Windsor memimpin tim ilmuwan ke wilayah tersebut.
Mereka memeriksa jaringan dari jenazah seseorang yang meninggal kemudian menemukan tubuh mayat yang masih terdapat virus influenza sejak kematiannya.
Baca juga: Nikolai Astrup: Seniman yang Hilang dari Norwegia
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR