Mungkin ini adalah salah satu mekanisme yang menghubungkan stres psikologis dengan panjang telomer dan juga kesehatan fisik. Sel-sel yang terpapar kortisol memiliki telomer lebih pendek dan lebih sedikit telomerase, yang merupakan enzim yang bertanggung jawab memelihara ujung-ujung telomer.
Proses ini dapat menjelaskan bagaimana stres psikologis diubah menjadi “rusak karena pemakaian” biologis. Bukan itu saja, remaja dengan ibu depresi memiliki respons stres kortisol tinggi dan telomer lebih pendek daripada teman-teman sebaya mereka, sekalipun jika remaja itu sendiri tidak depresi.
Kami meneliti apakah peningkatan gejala depresi yang dialami ibu mempengaruhi stres bayi dan kesehatan selnya di kemudian hari.
Masa bayi adalah periode sensitif. Pada periode ini, seorang individu sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Salah satu cara mempelajari bagaimana stres dini bisa mempengaruhi kesehatan adalah melihat bagaimana bayi merespons stres orang tuanya.
Berbagai studi menunjukkan bahwa bayi yang terpapar depresi maternal boleh jadi kurang terlibat secara sosial dan mengalami emosi yang lebih negatif.
Untuk studi ini kami merekrut 48 ibu dengan bayi berumur 12 minggu dan memantau keluarga-keluarga itu hingga bayi mereka berumur 18 bulan. Pada umur 6 dan 12 bulan, para bayi dibawa ke lab untuk mengikuti uji stres ringan.
Misalnya, dalam “eksperimen wajah tanpa ekspresi” (still face experiment), ibu-ibu melakukan aktivitas berganti-ganti antara bermain-main dengan bayi mereka dan tidak bereaksi terhadap permintaan perhatian para bayi.
Ini bisa menimbulkan stres pada bayi, karena mereka mengandalkan para pengasuh mereka bukan hanya untuk memberi makanan, tapi juga menenangkan emosi.
Contoh ‘still face experiment’ (eksperimen wajah tanpa ekspresi).
Dalam setiap kunjungan, kami mengukur stres bayi dengan mengumpulkan sampel air liur untuk melihat perubahan dalam kortisol. Kami juga mengumpulkan informasi tentang berapa banyak gejala depresi yang dirasakan para ibu.
Akhirnya, ketika para bayi berumur 18 bulan, kami bawa kembali keluarga-keluarga itu ke lab dan mengumpulkan air liur untuk mengukur panjang telomer bayi.
Gejala depresi yang memburuk pada ibu terkait dengan respons stres kortisol lebih besar pada bayi umur 6 dan 12 bulan. Di samping itu, bayi dengan respons stres kortisol lebih tinggi cenderung memiliki telomer lebih pendek pada umur 18 bulan.
Source | : | National Geographic Indonesia |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | hera sasmita |
KOMENTAR