Dunia memiliki air tawar yang melimpah. Namun, jumlahnya tidak merata dan permintaan meningkat.
Beberapa wilayah di dunia terancam kehabisan air. Salah satunya adalah Cape Town. Pemerintah Afrika Selatan mengumumkan “bencana nasional” saat kekeringan melanda kota tersebut. Kemungkinan tidak akan ada lagi air yang mengucur dari keran.
Bagaimana hal itu bisa terjadi?
Tidak merata
Lebih dari 97 persen air di Bumi adalah asin – berada di lautan dan samudra. Meskipun begitu, ada juga persediaan air tawar yang bagus.
Menurut Food and Agriculture Organisation (FAO), setiap tahunnya sekitar 42,8 triliun meter kubik air tawar bersirkulasi sebagai hujan dan air tanah.
(Baca juga: Kota Cape Town di Afrika Selatan Kehabisan Air)
Bergantung pada diet dan gaya hidupnya, biasanya seseorang membutuhkan 2000 hingga 5000 liter air per hari untuk keperluan makanan, minuman, juga sanitasi.
Sekitar 60% air tawar Bumi tersimpan di Antartika. Sisanya, lebih dari seperempat, berada di Amerika Latin dan Tengah. Enam puluh kali lebih banyak dibanding yang tersedia di Timur Tengah dan Afrika Utara.
“Faktanya, ada cukup air untuk memenuhi kebutuhan warga dunia. Namun, bagaimana air digunakan, diatur dan dibagi, tidak pernah berubah. Krisis air global merupakan bagian dari tata kelola,” papar PBB di 2015.
Dengan demikian, pemerintah didesak untuk segera bertindak dan memastikan kesepakatan terkait pembagian air yang efisien.
Kekurangan
Data terbaru menunjukkan bahwa 45 negara mengalami kekurangan air – hanya ada sekitar satu juta air untuk satu orang per tahunnya. Negara-negara yang mengalami kekurangan air ini termasuk Afrika Selatan, Maroko, dan Siprus.
Penulis | : | |
Editor | : | hera sasmita |
KOMENTAR