Dalam diskusi yang dihelat Yayasan Kebun Raya Indonesia (YKRI) dengan Harian Kompas, pada Selasa (27/2/2018) di Jakarta, para pembicara membahas tentang pengelolaan kebun raya yang berkelanjutan.
Menurut Joko Ridho Witono, peneliti utama bidang botani, Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), kebun raya punya posisi penting dari sisi sosial budaya dan ekonomi. Aspek itu merupakan komponen yang mesti juga dipikirkan selain fungsi ekologi dan pariwisata.
Hal ini juga disepakati Alexander Sonny Keraf, Wakil Ketua I YKRI. Menurut Sonny, kebun raya tidak berdiri atas dasar dimensi lingkungan saja. Masyarakat dan pemerintah bisa memetik manfaat ekonomi dan sosial dari keberadaan kebun raya.
(Baca juga: Kisah Panjang Kehidupan Sang Tokoh Pendiri Kebun Raya Bogor)
“Pengembangan keberlanjutan kebun raya harus meliputi aspek sosial, lingkungan, dan ekonomi,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut hadir pula Michael Harijanto, Wakil Ketua Badan Pengurus YKRI. Michael menyebut bahwa kebun raya harus bisa mencakup lima fungsi:
1. Jasa lingkungan
Michael mengatakan, jasa lingkungan ini tentunya diperlukan untuk memberikan satu info mengenai dampak ekologis tentang bagaimana mencapai lingkungan yang baik.
2. Konservasi
“Konservasi ini adalah tugas untuk melestarikan plasma nutfah (substansi pembawa sifat keturunan) yang sudah mencapai titik kritis. Masyarakat juga harus ikut menjaga plasma nutfah tersebut dengan dibangun kebun raya di daerah. Kembali lagi pada kemampuan finasial pemda juga,” ujarnya.
3. Penelitian
Kebun raya menyumbang peran besar dalam dunia penelitian. Peneliti bisa menggali potensi yang tersimpan dari plasma nutfah yang ada di kebun raya, misalnya untuk sumber pangan ekonomi. Bagaimana plasma nutfah tersebut bisa dibudidayakan kembali oleh masyarakat juga harus dipikirkan para peneliti.
4. Pendidikan
Penulis | : | |
Editor | : | hera sasmita |
KOMENTAR