Kuil Joss House di Bendigo, Victoria dibangun untuk melindungi para penambang asal China, dan hampir 150 tahun kemudian masih digunakan sebagai tempat pemujaan.
Orang sering mengunjungi kuil ini karena termotivasi oleh kebutuhan akan perubahan.
Beberapa memohon kekayaan, beberapa memohon anak-anak, sementara yang lain untuk menghormati nenek moyang mereka atau menyampaikan rasa syukur, dan pada Tahun Baru Imlek jumlahnya membengkak.
(Baca juga: Bayanihan, Semangat Gotong Royong Ala Penduduk Filipina)
Penyelia di kuil Joss House, Darren Wright menggambarkan kuil tersebut sebagai gereja atau kapel Cina.
Tidak seperti pertemuan gereja biasa, orang-orang hadir berdasarkan kebutuhan.
"Ini tidak seperti gereja barat di mana semua orang muncul pada hari Minggu pagi," kata Wright.
Tidak sesuai dengan agama manapun, kuil suci tersebut mencerminkan banyak aliran agama Tionghoa yang didasarkan pada tiga filosofi yang berbeda - Tao, Konghucu, dan Budha.
"Kita berbicara tentang sistem budaya pemujaan dan doa yang kembali ke sini, dalam beberapa kasus, lebih dari 2.500 tahun," kata Wright.
Joss House yang terdaftar sebagai warisan cagar budaya ini, yang memiliki tiga ruangan kecil ini, dianggap sebagai bagian penting dari sejarah China di Bendigo, dan ini adalah salah satu dari sedikit bangunan yang tersisa dari jenisnya di Australia.
Setelah dahulu pernah dianggap sebagai sarang dari perbuatan asusila, Wright mengatakan ada banyak mitos tentang kuil tersebut, termasuk menjadi tempat perjudian dan candu.
Bagi warga Bendigo, Dennis O\'Hoy, kuil ini memiliki sejarah panjang sejak tahun 1860 ketika kakeknya tiba di lokasi penambangan emas di Bendigo ini sebagai pedagang.
Keluarganya tetap menjadi salah satu dari sedikit warga yang tinggal di Bendigo setelah kebijakan Australia Putih tahun 1901 dan adanya Undang-Undang Pembatasan Imigrasi, yang membatasi migrasi non-Inggris ke Australia.
Penulis | : | |
Editor | : | hera sasmita |
KOMENTAR