Sengketa wilayah biasanya merupakan salah satu pemicu konflik bersenjata antarnegara. Namun, bagi Kanada dan Denmark perebutan wilayah tak harus menjadi pertikaian bersenjata yang memakan korban jiwa.
Sejak 1984, Kanada dan Denmark terlibat "perang" memperebutkan sebuah pulau kecil nan tandus bernama Hans yang terletak di lingkar Kutub Utara.
Namun, sengketa wilayah ini bisa dikatakan sebagai "perang paling sopan" yang pernah terjadi di dunia.
Baca juga: Tak Pernah Terlihat Selama 18 Tahun, Paus Ini Terdampar di Namibia
Pulau Hans adalah sebuah pulau kecil tak berpenghuni seluas 1,3 kilometer persegi terletak di Selat Nares yang memisahkan Pulau Ellsmere, Kanada dan Greenland, wilayah seberang lautan Denmark.
Sebenarnya, kekisruhan soal kepemilikan pulau antara Kanada dan Denmark sudah tejadi sejak 1930-an. Sebab, sesual dengan aturan internasional, semua negara di dunia berhak mengklaim wilayah yang berada di jarak maksimal 12 mil atau sekitar 19 kilometer dari pesisir mereka.
Nah, karena lebar Selat Nares hanya 22 mil atau 35 kilometer maka membuat Pulau Hans terletak kurang lebih di tengah-tengah selat. Akibatnya, baik Kanada maupun Denmark merasa berhak untuk memiliki pulau tersebut.
Pada 1933, mahakaman internasional di bawah Liga Bangsa-bangsa memutuskan pulau kecil itu menjadi milik Denmark. Keputusan itu sempat membuat sengketa kedua negara berhenti.
Sayangnya, ketika Liga Bangsa-bangsa bubar pada 1946, maka semua keputusan organisasi itu termasuk soal kepemilikan Pulau Hans ikut gugur.
Sayangnya isu pulau kecil ini tenggelam dalam masalah yang jauh lebih besar saat Perang Dunia II pecah yang disusul Perang Dingin.
Masalah pulau ini baru muncul kembali pada 1984 ketika Menteri Urusan Greenland berkunjung ke pulau itu dan memasang bendera Denmark. Di bawah tiang bendera disiapkan sebuah plakat berbunyi "Selamat Datang di pulau milik Denmark".
Selain itu, Denmark juga meletakkan sebotol minuman brandy. Dan sejak itu, kedua negara terlibat dalam sebuah "konflik" memperebutkan Pulau Hans.
Tantangan Denmark itu dijawab Kanada. Marinir Kanada kemudian mendarat di pulau itu, memasang bendera, meninggalkan plakat, dan sebotol wiski.
Akhirnya, "Perang Whiski" itu masih berlangsung hingga hari ini sambil terus melakukan diplomasi terkait status kepemilikan pulau kecil itu.
Baca juga: Penelitian: Pria Lebih Tertarik dengan Wanita yang Tampil Secara Alami
"Saat militer Denmark datang ke pulau itu mereka akan meninggalkan sebotol schnapps. Dan, ketika militer Kanada datang mereka meninggalkan sebotol wiski Canadian Club," ujar Dubes Denmark untuk AS, Peter Takso Jensen.
Kini, untuk mengakhiri "perang", Kanada dan Denmark tengah mendiskusikan kesepakatan pengelolaan bersama Pulau Hans yang akan diurus pemerintah lokal kedua negara yang paling dekat dengan pulau itu.
Artikel ini sudah pernah tayang pada Kompas.com. Baca artikel sumber.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
Editor | : | dian prawitasari |
KOMENTAR