Minggu lalu, bangkai hewan laut berukuran enam meter (20 kaki), ditemukan terdampar di Namibia. Menurut para peneliti, itu adalah sejenis paus unik yang tidak pernah terlihat di Namibia sejak 2000.
Setelah mengukur tubuh dan menganalisis bentuk kepalanya, para peneliti yakin makhluk tersebut adalah paus berparuh Cuvier (Ziphius cavirostris).
Simon Elwen, peneliti yang bergabung dengan Namibian Dolphin Project, mengatakan, paus ini merupakan satu-satunya anggota marga Ziphius dan tidak pernah ditemukan lagi di Namibia sejak 18 tahun lalu.
Baca juga: Mengunjungi Luang Prabang yang Kaya Akan Tradisi Keagamaan dan Budaya
“Sejujurnya, saya sangat terkejut. Hewan ini jarang terlihat di laut. Jadi, menemukannya terdampar di daratan merupakanan fenomena unik,” paparnya.
Meskipun jarang terlihat, paus berparuh Cuvier ini tidak termasuk hewan langka. Mereka juga tidak termasuk dalam daftar hewan terancam punah. Diperkirakan, ada sekitar 100 ribu paus berparuh Cuvier yang ada di laut di seluruh dunia.
Ikan ini dapat tumbuh hingga 7 meter (23 kaki), dengan berat 3090 kilogram. Paus berparuh berparuh Cuvier mudah dibedakan dengan yang lainnya. Mereka memiliki ciri khas rahang miring yang membuatnya tampak selalu tersenyum.
Salah satu alasan mengapa paus ini jarang terlihat adalah karena mereka dapat menyelam hingga ke kedalaman 1000 meter (3300 kaki). Faktanya, paus berparuh Curvie memegang rekor sebagai mamalia yang mampu menyelam paling lama di laut.
Karena mereka sering menghabiskan waktu di kedalaman, para ilmuwan belum banyak mengetahui tentang perilaku dan apa saja yang mengancam kehidupan paus tersebut.
Baca juga: Bahaya Polusi Udara: Mengurangi Gizi dan Membunuh Pohon di Hutan
Saat ini, kondisi mayat paus berparuh Cuvier yang ditemukan di Namibia, terlalu membusuk sehingga sulit menentukan penyebab kematiannya. Tulang rahangnya patah, namun karena tidak ada luka lain dalam tubuh, peneliti menduga itu terjadi setelah kematian.
Tim peneliti telah mengumpulkan sampel dari bangkai paus untuk meneliti lebih lanjut mengenai kehidupan dan kematiannya.
Source | : | Fiona Macdonald/Science Alert |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR