Schmidt yang terlibat dalam penulisan di pertemuan AGU itu bercerita, penggunaan itu survei dengan menavigasi Icefin ke titik dimana es dan batu bertemu. Para peneliti mendapati air di garis landasan itu sendiri sudah mencapai satu atau dua derajat Celsius, atau sudah berada di atas titik beku.
Icefin juga memindai bagian bawah es dan menemukan sebuah lembah. Berdasarkan suhu air, lembah ini bisa menciptakan turbulensi yang membuat air hangat ditarik dan makin dalam.
Sedang Pettit bersama timnya yang berada di tengah lapisan es dengan radar penembus tanah, mencoba membuat gambaran bagian bawah es. Pettit menyampaikan, timnya terkejut menemukan bagian bawah itu tidak datar dan halus, tetapi terukir jadi serangkaian lembah terbalik sedalam 50 meter.
Dia menguraikan lapisan es ini mengalami tanda-tanda tekanan yang menyebabkan ngarai-ngarai ini terbentuk. Ada pula patahan-patahan telah terbentuk di puncak setiap lembah itu yang "sedang menunggu untuk diaktifkan dengan cara baru," ujar Pettit.
September 2021, para peneliti di jurnal the Cryosphere, membuat model komputer dari pengamatan-pengamatan ini. Penelitian yang dipimpin Douglas Benn dari School of Geography and Sustainable Development, University of St Andrews, Inggris, menunjukkan adanya retakan permukaan yang luas selama lima tahun terakhir. Retakan ini membantu es menipis dan mencairkannya hingga mengalir ke lepas pantai.
"Hasil kami menunjukkan mekanisme ketiga, kegagalan yang dipicu oleh tekanan balik, yang dapat terjadi saat saat es retak sebagai respons terhadap tekanan yang terkait dengan titik penjepit," tulis mereka.
Titik penjepit ini sangat penting agar lapisan es bisa stabil, tetapi karena lapisan es menipis dan melemahkan konsentrasi tegangan bali pada es yang rusak di bagian hulu titik penjepitnya, bisa berakibat pada kehancuran, lanjut Benn dan tim.
Kesimpulannya, Pettit kata Pettit, beberapa waktu ke depan para peneliti akan dapat menyaksikan saat rak es besar itu hancur, terutama di dekat perkemahan yang berjarak tiga kilometer dari celah retakan.
Lapisan ini menjadi peringatan bahwa Thwaites dan seluruh lapisan es di Antarktika barat dapat mengalami kehancuran yang signifikan dalam beberapa dekad, terutama saat emisi karbon tidak kunjung turun, urainya. "Kita akan mulai melihat beberapa dari itu sebelum saya meninggal."
Baca Juga: Tempat Berkembang Biak Ikan Terbesar Dunia. Hampir Seluas Kota Serang
Source | : | Science,Science Advances |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR