"Saat itulah, serangan pun dimulai," tulis Butler dkk. "Formasi mereka (Romawi) tidak efektif, komando dan kontrol mereka benar-benar berantakan."
Suku-suku Jerman langsung menghadapi mereka di sana dengan 'peperangan asimetris', yakni konsep menghadapi pasukan yang lebih maju persenjataan dan taktik bertempurnya tetapi menghilangkan sejumlah keberuntungan agar membuat musuh kalah.
Baca Juga: Mengenal Pajak Urin Zaman Romawi Kuno, Bagaimana Ketentuannya?
Misalnya, dua kekuatan bertemu di laut. Di satu sisi pihak memiliki kapal besar dengan persenjataan canggih, sedangkan yang lemah menyerang kapal-kapal perdagangan itu agar memutus pasokan karena percuma menghadapi musuh yang kuat secara langsung.
Pasukan Romawi memang gigih karena pelatihan, tetapi kondisi di hutan Teutoburg sangatlah rumit, bahkan pengirim pesan untuk komunikasi bisa dengan mudah terbunuh dalam penyergapan besar ini. Awalnya Romawi berharap suku-suku Jermanik yang jadi sekutunya akan membantu, tetapi "mimpi buruk" ini tak ada harapan. Bahkan, sekutu yang mereka harapkan justru menyerang mereka.
Di tengah hutan, Varus menginstruksikan pasukannya untuk bertahan dan membuat benteng pertahanan dengan kayu dan pohon. Akan tetapi karena serangan suku-suku Jermanik membuat benteng ini menjadi penjara.
Melihat tidak adanya peluang dan banyak pasukannya melarikan diri, Varus bunuh diri. Kepalanya kemudian diserahkan kepada Kaisar Agustus di Roma sebagai kabar kekalahan. Para tribune dan centurion dibunuh suku-suku Jerman sebagai kurban kepada para dewa-dewi, serta beberapa pasukan ditawan dan diperbudak.
Setelah pertempuran berakhir, berkali-kali Romawi berusaha merebut kembali legiun yang hilang akibat insiden. "Kembalikan legiunku lagi," seru Agustus. Namun usaha itu sia-sia karena suku-suku Jermanik akan menghancurkannya kembali.
Perbatasan didirikan di sepanjang Rhein. "Ini bukan tujuan awal Romawi, yang menginginkan seluruh Germania digabungkan ke dalam kemaharajaan. Namun setelah peristiwa Hutan Teutoburg, hal ini mustahil dapat dicapai," jelas Butler dkk. Sementara Arminius dikenang sebagai pahlawan Jerman saat ini.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR