Nationalgeographic.co.id—Metode pembalseman telah digunakan oleh orang Mesir kuno sejak dulu kala. Sebuah misi arkeologi Ceko yang bekerja di pekuburan Abusir, pinggiran Kairo telah menemukan bahan pembalseman berusia lebih dari 2.500 tahun.
Dilansir dari The National News, pihak Kementrian Pariwisata Mesir mengatakan temuan tersebut didapat secara tidak sengaja. Kala itu, tengah dilakukan penggalian lubang pemakaman di bagian barat nekropolis dekat ibukota Mesir ini.
Lubang itu dibuat selama pemerintahan dinasti ke-26 Mesir kuno. Dinasti asli terakhir yang memerintah negara itu sebelum penaklukan oleh Persia pada tahun 525 SM.
Kepala otoritas purbakala Mesir, Mostafa Waziri, mengatakan bahan yang digunakan itu proses mumifikasi itu ditemukan di dasar lubang pemakaman yang sangat besar dengan kedalaman 14 meter. Dari dalam lubang ditemukan 370 guci tanah liat besar berisikan jejak bahan yang digunakan oleh para imam untuk membalsem mayat sebelum dimumikan dan dikubur.
Tidak hanya itu, tim juga menemukan guci kanopi kosong bertuliskan nama pemiliknya dalam hieroglif, aksara Mesir kuno terdiri dari kombinasi elemen logograf dan alfabet. Guci kanopi sendiri merupakan bagian integral dari proses mumifikasi di Mesir kuno. Digunakan untuk mengawetkan organ visceral mendiang yang diyakini penting di akhirat.
Heritage Daily melaporkan, selama proses mumifikasi, otak diambil dan dikeringkan. Sementara itu campuran resin pohon dan wewangian yang disimpan dalam wadah seperti yang ditemukan di Abusir digunakan untuk menghentikan penguraian otak yang tersisa. Kemudian, daerah lumbal diiris terbuka dan organ-organ perut, biasanya jantung dikecualikan, dikeluarkan dan ditempatkan di guci kanopi.
Pihak kementrian mengatakan guci tempat bahan pembalseman akan dianalisis menggunakan teknik ilmiah terbaru. Kepala misi arkeologi Ceko, Miroslav Barta, mengatakan temuan itu adalah bagian dari penggalian yang lebih besar di Abusir.
“(Untuk mengungkap rincian tentang) masa di sejarah Mesir kuno ketika cara-cara baru melestarikan identitas nasional sedang dieksplorasi,” ujar Miroslav Barta.
Baca Juga: Penemuan Jasad Bangsawan Khuwy: Sejarah Mumi Mesir Perlu Ditulis Ulang
Miroslav Barta menambahkan pekuburan Abusir telah berkontribusi besar untuk mengungkap aspek Mesir kuno yang kurang dikenal. Nekropolis terkenal karen ditemukannya peninggalan dari firaun tertua, termasuk sejumlah piramida bertingkat yang berasal dari dinasti ke-3 Mesir kuno (2670 – 2650 SM). Rencananya, penggalian lebih lanjut di Abusir direncanakan sepanjang tahun ini.
Melansir dari Smithsonian, mumifikasi dipraktekkan di sebagian besar sejarah Mesir mula-mula. Mumi paling awal dari zaman prasejarah mungkin tidak disengaja.
Secara kebetulan, pasir kering dan udara karena Mesir hampir tidak memiliki curah hujan terukur mengawetkan beberapa mayat yang terkubur di lubang dangkal yang digali ke dalam pasir. Sekitar 2600 SM, selama Dinasti Keempat dan Kelima, orang Mesir mungkin mulai membuat mumi orang mati dengan sengaja.
Praktek ini terus berlanjut dan berkembang selama lebih dari 2.000 tahun, hingga Periode Romawi. Diketahui, kualitas mumifikasi ini bervariasi, tergantung pada harga yang harus dibayar untuk itu. Mumi yang paling baik disiapkan dan diawetkan berasal dari Dinasti ke-18 hingga Dinasti Kedua Puluh Kerajaan Baru dan termasuk mumi Tutankhamen serta firaun terkenal lainnya.
Proses mumifikasi memakan waktu hingga 70 hari. Imam khusus bekerja sebagai pembalsem, merawat dan membungkus jenazah. Selain mengetahui ritual dan doa yang benar dalam berbagai tahap, para imam juga membutuhkan pengetahuan rinci tentang anatomi manusia.
Lalu, siapa saja yang jasadnya dimumikan? Firaun Mesir biasanya dimumikan dan dikuburkan di makam yang rumit. Perlakuan yang sama kerap dipraktekan pada anggota bangsawan dan pejabat. Kadang-kadang orang biasa pun bisa, namun prosesnya mahal di luar kemampuan banyak orang. Selain manusia, untuk alasan agama beberapa hewan juga dijadikan mumi.
Baca Juga: 30 Mumi Mesir Ditemukan dalam Bangunan Kuno yang Hangus Terbakar
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | Smithsonian,Heritage Daily,The National News |
Penulis | : | Maria Gabrielle |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR