Ketika hotel ini masih dikelola oleh Wyss, Eduard Douwes Dekker alias Multatuli pernah berkunjung ke sana bersama keluarganya. Dia adalah penulis Belanda yang terkenal dengan Max Havelaar, novel satirisnya yang berisi kritik atas perlakuan buruk para penguasa terhadap orang-orang pribumi di Hindia Belanda.
Baca Juga: Mencari Jejak Max Havelaar di Lebak
Kunjungan Multatuli ke hotel ini tercatat dalam sebuah koran pemerintah Hindia Belanda. "Dalam Javasche Courant yang tebit pada 30 April 1856, itu ada nama Eduard Douwes Dekker dan famili dari Lebak (Banten). Jadi, Multatuli pernah menginap di hotel ini ketika masih bernama Hotel Rotterdam," tutur Nadia Purwestri, Direktur Eksekutif Pusat Dokumentasi Arsitektur, dalam acara Plesiran Tempo Doeloe (virtual tour): "Matinja Hotel des Indes" yang diselenggarakan oleh Sahabat Museum pada Minggu, 13 Februari 2022.
Pada 1 Mei 1856, Wyss mengganti nama hotel ini menjadi Hotel des Indes. "Kalau menurut ceritanya, Multatuli lah yang menyarankan agar nama hotel ini diganti dengan nama yang lebih menggugah atau lebih menjual. Soalnya nama Hotel Rotterdam kurang menjual," kata Nadia.
Jadi, Wyss mengubah nama Hotel Rotterdam menjadi Hotel des Indes atas usulan Multatuli. Dan dengan nama Hotel des Indes, hotel ini akhirnya kembali berbau nama Prancis yang dianggap lebih menjual.
Keberadaan hotel ini sempat diiklankan di koran Java-bode terbitan 14 Mei 1856. Menariknya, dalam koran berbahasa Belanda ini, keberadaan hotel tersebut diiklankan dengan narasi berbahasa Prancis.
"Memang waktu itu segala sesuatu yang berbaha Prancis dianggap keren dan hits," ucap Nadia.
Selain terkenal dengan kemegahan bangunan di area yang banyak pohon rindangnya, Hotel des Indes juga terkenal kemewahan makanan rijsttafel-nya. Alfred Russel Wallace, penjelajah sekaligus ilmuwan terkenal, mengaku terpesona dan puas dengan pelayanan hotel ini saat dirinya mengunjugi Batavia pada tahun 1861.
"Hotel des Indes sangat nyaman, setiap tamu disediakan kamar duduk dan kamar tidur menghadap ke beranda. Di beranda, tamu dapat menikmati kopi pagi dan kopi sore. ... Pada pukul sepuluh disediakan sarapan table d'hôte, dan makan malam mulai pukul enam, semuanya dengan harga per hari yang pantas," tulis Wallace dalam The Malay Archipelago (1869).
Baca Juga: Selidik Rijsttafel, Sajian Bersantap Kelas Atas di Hindia Belanda
John T. McCutcheon menulis pada 1910 bahwa bila dibandingkan dengan Hotel des Indes, semua hotel di Asia berada di bawahnya. Lebih lanjut, ia bercerita tentang kemewahan rijsttafel di hotel ini.
Pemutihan pada Terumbu Karang, Kala Manusia Hancurkan Sendiri Benteng Pertahanan Alaminya
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR