Nationalgeographic.co.id—Hotel des Indes adalah hotel termegah di Batavia pada masanya. Hotel ini pernah menjadi tempat menginap banyak tokoh besar dari berbagai negara. Bahkan, hotel ini juga pernah jadi saksi peristiwa besar yang menentukan nasib bangsa Indonesia: Perjanjian Roem-Royen pada 1949.
Dibangun pada abad ke-19 di atas tanah seluas 3,1 hektare, hotel ini berdiri di kawasan Harmoni, tepatnya Jalan Gajah Mada. Dahulu, hotel ini pernah berfungsi sebagai tempat perjamuan negara Hindia Belanda. Bahkan, hotel ini menjadi daya tarik bagi siapa pun yang berpelesir ke Batavia, terutama ke wilayah Molenvliet yang sekarang telah menjadi Jalan Hayam Wuruk dan Jalan Gajah Mada.
Hotel ini juga pernah jadi tempat perjamuan tamu-tamu negara Indonesia sebelum dibangunnya Hotel Indonesia di Jalan Thamrin pada 1962. Pada 1955 para kepala negara peserta Konferensi Asia-Afrika (KAA) tinggal di Hotel Des Indes Jakarta, meski KAA berlangsung di Bandung.
Hotel ini beroperasi dengan nama Hotel des Indes sejak 1856 hingga tahun 1960. Sebelum bernama Hotel des Indes, tempat ini telah menjadi hotel dengan nama lain yang sempat berganti nama beberapa kali.
Baca Juga: Riwayat Fungsi Bangunan Istana Djoen Eng di Salatiga 1921-1968
Jauh sebelum itu, sekitar tahun 1760, lima persil atau kavling tanah untuk lokasi hotel ini masih dimiliki oleh beberapa orang yang berbeda. Mereka adalah Arnoldus Constantyn Mom untuk persil nomor 389, Adriana Johanna Bake (Wevrouw van der Parra) untuk persil nomor 390 dan 391, Reiner de Klerk untuk persil nomor 392, dan Andriaan Moens untuk persil nomor 393.
Pada tahun 1824 tanah dan bangunan di persil nomor 392 dibeli oleh pemerintah Hindia Belanda. Tahun 1828, pemerintah Hindia Belanda menjadikan tanah dan bangunan ini sebagai sekolah asrama putri tapi kemudian sekolah asrama ini justru terabaikan.
Pada 1829, tanah dan bangunan di atas lokasi ini dibeli orang Prancis bernama Surleon Antoine Chaulan yang mendirikan sebuah hotel yang ia namai Hotel de Provence. Nama de Provence diambil dari nama daerah di selatan Prancis yang merupakan daerah asal ayah Chaulan.
Pada 1838-1839, Etienne Chaulan, kakak Surleon Antoine Chaulan, mengakuisisi persil-persil lain di sekitar persil ini. Tahun 1845, Etienne Chaulan mengambil alih Hotel de Provence dari tangan adiknya dan memperluas kawasan hotel ini.
Pada tahun 1851, di bawah manajemen Cornelis Denninghoff, hotel ini berganti nama menjadi Hotel Rotterdam, mengambil nama daerah di selatan Belanda. Dan tahun 1852, hotel ini dibeli orang Swiss bernama François Auguste Emile Wyss yang menikah dengan keponakan perempuan dari Etienne Chaulan atau anak perempuan dari Surleon Antione Chaulan.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR