Nationalgeographic.co.id—Media sosial telah mewadahi minat para penggemar sepak bola dari seluruh dunia. Melalui media sosial, geliat industri sepak bola menjadi semakin bergairah.
Tentunya, tidak hanya ambisi untuk dapat bersaing dalam perolehan gelar juara dalam kompetisi domestik maupun internasional, melainkan politik industri tentang keuntungan yang didapat dari media sosial.
Terbaru, Tokyo Verdy, klub kasta kedua Liga Jepang, menjadi ramai di jagat maya saat berhasil datangkan pemain Indonesia, Pratama Arhan dari PSIS Semarang.
Peningkatan pengikut di Instagram milik Tokyo Verdy secara signifikan terjadi, bahkan sebelum Pratama Arhan didatangkan ke Jepang. Saat postingan yang diunggah di akun Instagram, ramai warganet Indonesia menjadi pengikutnya.
Namun, Tokyo Verdy bukanlah klub sepak bola asing yang pertama. Beberapa klub sepak bola asing atau mancanegara, telah lebih dulu berlomba merekrut pemain nasional.
Sebagaimana dilansir dari Football Benchmark, dalam artikelnya berjudul "KPMG tool highlights value of social media in the business of football", yang dirilis pada tahun 2019, menyebutkan tentang adanya nilai yang diukur dari bisnis klub via media sosial.
Baca Juga: Batalyon Azov: Dari Suporter Sepak Bola Menjadi Tentara Kejam Ukraina
"Media sosial menyediakan saluran yang nyaman dan efisien untuk menjangkau dan melibatkan para penggemar sepak bola dari seluruh penjuru dunia," tulisnya.
Semua elemen dalam sepak bola, telah terfokus pada pengembangan media sosial demi keberlangsungan finansial klub. Manajemen telah mengerahkan sejumlah tim yang bergerak mengembangkan platform-platform media sosial untuk dapat di akses penggemarnya.
"klub-klub besar telah berinvestasi besar-besaran untuk meningkatkan kehadiran tim kreatif mereka di media sosial," imbuhnya.
Seperti halnya FK Senica, klub divisi utama dari Slovakia yang berhasil datangkan dua pemain nasional, Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaeman, telah membuktikan pengaruh perekrutan pada akun media sosial klub.
"Ketika FK Senica mengumumkan Egy di akunnya, para pengikutnya melonjak seperti roket. Tidak menutup kemungkinan kami memiliki pengikut sebanyak semua klub di Slovakia," ujar David Balda, Direktur Olahraga FK Senica kepada News Beezer.
Melalui perekrutan pemain Indonesia, beberapa klub di Eropa atau beberapa klub asing telah membuktikan berbisnis darinya. Mereka telah berhasil membuat brand yang menarik sehingga dapat disajikan untuk dikonsumsi oleh para penggemarnya, utamanya dari Indonesia.
Baca Juga: Popularitas Cristiano Ronaldo, Menciptakan Nasib Baik Bagi Madeira
"Indonesia merupakan negara yang besar, mereka memiliki basis penggemar sebanyak 80 juta penggemar yang di antaranya telah terlibat dalam media sosial," ungkap Kelvin Tan kepada Sport Bussiness.
Ia menulisnya dalam artikel berjudul "Indonesian football fans to get ‘world’s first’ personalised video app", yang dipublikasi pada 2 Juli 2019.
Melalui fanatisme penggemar sepak bola yang ada di Indonesia, wajarlah jika klub asing tergiur untuk mendatangkan talenta terbaik dari Indonesia. Selain untuk berkompetisi, mereka telah berbisnis dan memasarkan klub kepada para fans.
Dilansir dari Football Benchmark, Facebook masih menjadi yang tertinggi dalam jumlah perolehan klub di media sosial. Mereka memasarkan berbagai merchandise hingga mendapatkan banyak sponsor yang turut beriklan di media sosial klub.
"Selain penjualan tiket penonton yang datang ke stadion pada laga kandang, klub akan mendapat lebih besar dari penjualan merchandise dan periklanan di media sosial," tutup Football Benchmark dalam tulisannya.
Source | : | football benchmark |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR