"Seorang awak kapal pada abad 17 menuliskan dalam catatannya, 'Gusi saya mengeluarkan darah hitam dan busuk. Setiap hari saya menggunakan pisau untuk mengiris daging guna mengeluarkan darah hitam, berkumur dengan kencing sendiri sekeras-kerasnya. Saya kesulitan mengunyah dan lebih sering langsung menelan'," cerita Ady.
Baca Juga: Kisah Tragis Zaman VOC: Bangkai Kapal Batavia dan Kekejian Perompak
Baca Juga: Bangkai Kapal Batavia Ungkap Rahasia Dominasi Pelaut VOC Belanda
Skorbut adalah penyakit paling mematikan bagi para awak kapal kala itu. Belakangan, diketahui bahwa penyakit ini disebebakan oleh kurangnya asupan vitamin C untuk tubuh. Oleh karena itu, pada tahun-tahun berikutnya para pelaut mulai membawa banyak lemon untuk perbekalan mereka di kapal.
Selain menghadapi ancaman skorbut, para awak kapal Batavia juga mengalami perpecahan karena ketegangan yang terjadi di atas kapal. Ketika memasuki Tanjung Harapan di Afrika, terjadi konflik terbuka antara Francisco Pelsaert sang komandan dengan Ariaen Jacobsz sang nakhoda.
"Jeronimus Cornelisz kemudian masuk ke dalam konflik dengan manghasut Ariaen Jacobsz untuk melakukan pemberontakan. Jadi, dua dari tiga orang penting di atas kapal punya rencana memberontak, membunuh Pelsaert, kemudian menggunakan kapal Batavia sebagai kapal bajak laut untuk memangsa kapal-kapal VOC lainnya. Jeronimus dan Ariaen ini kemudian menghasut satu demi satu awak kapal," tutur Ady.
"Tapi sebelum pemberontakan itu meletus, kapal ini menabrak karang di perairan barat Australia (pada Juni 1629) dan kebetulan berada di dekat pulau-pulau kecil. Sebagian besar penumpang ini bisa diselamatkan bersama sebagian harta. Pelsaert sebagai komandan meninggalkan mereka semua menaiki perahu kecil mencari bantuan ke Batavia. Ia pergi ke sana bersama nakhodanya."
Jeronimus Cornelisz yang sebelumnya mempunyai ide menghasut untuk memberontak kemduian memegang komando tertinggi di pulau-pulau kecil tempat ia dan para penyintas lainnya tinggal. Ia memodifikasi ide memberontakanya dengan membajak kapal penolong yang datang dan menjadikannya kapal perompak.
Rencana membajak kapal penolong yang datang ini berjalan mulus. Cornelisz kemudian memecah kekuatan para penyintas dengan membagianya menjadi tiga kelompok yang tinggal di pulau-pulau kecil tadi.
Kelompok yang kuat dan tidak mudah dihasut kemudian ditempatkan di pulau yang paling jauh dengan dalih dikirim untuk mencari sumber air. "Dari situ, dimulailah teror pemubunuhan oleh Jeronimus Cornelisz dan para anak buahnya. Perempuan-perempuan yang tertinggal di situ dijadikan budak pemuas nafsu. Dan teror ini berlangsung selama berminggu-minggu."
Teror dan cara Jeronimus Cornelisz membunuh sungguh kejam dan di luar nalar manusia. Tapi akhirnya dia dan para pengkhianat lainnya berhasil ditumpas oleh pasukan Pelsaert yang dikirim oleh Gubernur Jenderal Batavia Jan Coen dengan kapal Sardam.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR