Nationalgeographic.co.id—Praktik pedofilia saat ini adalah tindakan yang salah secara moral dan ilegal, beberapa orang Yunani Kuno menganggapnya sebagai praktik umum dan terkadang sesuatu yang harus dirayakan. Pedofilia adalah umum dalam mitologi Yunani dan kehidupan sehari-hari.
Pedofilia didefinisikan sebagai ketertarikan seksual pada anak-anak. Di zaman modern, pedofilia dipandang sebagai perilaku yang menjijikkan secara moral, dan itu didefinisikan sebagai gangguan kejiwaan. Bertindak berdasarkan pedofilia, baik dengan memperoleh materi pornografi anak-anak atau mengambil bagian dalam hubungan seksual atau romantis dengan anak di bawah umur yang sah, adalah ilegal.
Tetapi orang Yunani Kuno secara terbuka mempraktikkan bentuk-bentuk pedofilia, meskipun tidak secara hukum atau moral dianggap seperti sekarang ini. Bentuk pedofilia umum di kalangan bangsawan dan sering dilihat sebagai ritus peralihan bagi kaum muda yang terlibat di dalamnya.
Praktek Pederasty di Yunani Kuno
Pederasty didefinisikan sebagai hubungan seksual antara seorang pria dewasa dan seorang remaja laki-laki atau remaja. Pria yang lebih tua, atau erastes, biasanya berusia pertengahan hingga akhir dua puluhan, dan merupakan pengejar dalam hubungan itu. Para eromenos, atau "kekasih," biasanya berusia pertengahan hingga akhir remaja, dan secara aktif dikejar oleh erastes. Hubungan ini seringkali rumit dan melibatkan lebih dari sekadar seks.
Praktik ini diterima meskipun sifatnya tabu, namun ada parameter seputar hubungan untuk memastikan martabat kedua laki-laki. Erastes yang lebih tua dan berpengalaman adalah laki-laki yang dominan dalam hubungan tersebut dan terus-menerus mengontrol eromenosnya, memastikan posisinya di masyarakat sebagai sosok yang kuat dan maskulin.
Para eromenos, meskipun dia didominasi oleh pria lain, mendapatkan rasa hormat dan kekaguman dengan berada di bawah sayap anggota masyarakat Yunani yang dihormati. Pederasty, berdasarkan sejumlah besar bukti sejarah dan mitos, adalah bentuk paling umum dari pedofilia dan homoseksualitas pada saat itu.
Sementara hubungan homoseksual antara dua pria dewasa memang terjadi, baik dalam mitos maupun dalam kehidupan sehari-hari, mereka sering didiskusikan secara diam-diam, dan hanya diterima secara terbuka ketika kedua pria itu memiliki kedudukan sosial yang tinggi, seperti dengan Alexander Agung dan Hephaestion.
Pedofilia Heteroseksual dan Kebiasaan Pernikahan
Wanita sering kali sangat muda ketika mereka menikah di Yunani Kuno. Sama seperti di banyak budaya kuno lainnya, anak perempuan dinikahkan sekitar usia 12 hingga 16 tahun, dan seringkali dengan pria yang jauh lebih tua. Meski demikian, orang Yunani melihat ini sebagai usia yang ideal untuk menikah. Karena pernikahan sering diatur untuk menguntungkan ikatan keluarga, tujuan utama pernikahan adalah prokreasi. Banyak ritual seputar pernikahan di Yunani adalah tentang anak yang menjadi seorang wanita pada hari pernikahannya, dengan penyempurnaan pernikahan.
Di Yunani, proaulia adalah satu hari penuh sebelum pernikahan yang didedikasikan untuk upacara, pengorbanan, dan mandi ritual untuk mempersiapkan pengantin wanita. Pengantin wanita akan memberikan pengorbanan mainan masa kecilnya, kuncir rambut dan ikat pinggangnya, anyaman atau ikat pinggang yang melambangkan keperawanannya, kepada dewi seperti Artemis, Aphrodite, Athena dan Hera.
Baca Juga: Spons, Apa yang Harus Kita Waspadai tentang Peranti Zaman Yunani Ini?
Baca Juga: Menelisik Lesbos, Pulau Kecil Yunani Asal Mula Kata 'Lesbian'
Baca Juga: Empusa, Iblis Wanita Penghisap Darah Manusia dalam Mitologi Yunani
Semua persembahan ini dibuat untuk memastikan perjalanannya yang aman dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Di Roma, ritual seputar peralihan dari anak ke wanita kurang teliti tetapi masih dianggap sakral. Sejak dampak budaya dan praktiknya di Yunani Kuno, perzinahan telah dikritik, diteliti, dipelajari dengan cermat, dan bahkan digunakan untuk membenarkan praktik pedofilia di zaman modern oleh organisasi pria yang mengadvokasi legalisasi dan konvensionalisasi "cinta anak laki-laki."
Praktek perjantanan, adat pernikahan Yunani yang akan dianggap ilegal di sebagian besar negara saat ini, dan bahkan keinginan wanita kuno untuk sosok pria muda seperti Adonis menjelaskan banyak hal tentang adat dan nilai Yunani Kuno, dan memaksa sejarawan, peneliti, dan masyarakat sama-sama melihat dengan mata kritis, tetapi juga tabir relativisme budaya.
Source | : | The Collector |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR