Singkatnya, untuk dapat dipahami, sel peristiwa berperan untuk membantu menetapkan urutan temporal pada ingatan kita terhadap suatu peristiwa. Sedangkan sel batas, lebih terlibat dalam mengenali apa yang terjadi dalam isi ingatan itu.
"Respon batas ibarat membuat folder baru di komputer," jelas Rutishauser. "Anda selanjutnya bisa dapat menyimpan fail di sana. Dan ketika batas lain muncul, Anda menutup folder pertama dan membuat yang lain."
Baca Juga: Ketika Ilmuwan Berhasil Lakukan Transplantasi Memori Pada Siput
Baca Juga: Mengenal Lebih Jauh Tentang Psikopat Beserta Karakteristiknya
Para peneliti pertama-tama menampilkan rangkaian gambar dari potongan film dan menanyakan pada para peserta "pernahkah melihatnya sebelumnya?". Para peneliti menulis, para peserta lebih mungkin mengingat gambar yang mengikuti batas keras atau lunak ketika 'folder memori' baru akan dibentuk.
Selain itu para peserta ditayangkan lagi gambar dari klip film yang acak, dan ditanyakan mana gambar yang muncul lebih dulu. Mereka mengalami kesulitan untuk meningat urutan yang benar ketika ditampilkan dari sisi berlawanan dari batasan keras. Para peneliti berpendapat, mungkin otak mereka telah membagi gambar-gambar itu ke dalam 'folder memori' yang terpisah.
Dalam pengamatan di otak pasien, Rutishauser dan tim mencatat bahwa selama peristiwa ditampilkan pada waktu dengan salah satu ritme internal otak, ritme theta dengan pola aktivitas berulang yang terkait dengan pembelajaran (ritme theta), memori, dan navigasi, mereka mampu mengingat urutan gambar yang telah dilihat.
Temuan ini menjadi wawasan baru yang penting karena menunjukkan bahwa stimulasi otak dalam yang menysuaikan ritme thata dapat membuktikan terapi untuk gangguan ingatan. Dari cara inilah, para peneliti memperkirakan ada dua jenis sel, yakni sel batas, dan sel peristiwa.
"Ritme theta dianggap sebagai 'perekat temporal' untuk memori episodik," jelas Jie Zheng, salah satu penulis penelitian dari Children’s Hospital di Harvard Medical School.
Source | : | eurekalert |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR