Nikolai Sokov menambahkan sangatlah masuk akal bagi Soviet untuk membuat Tsar Bomba. Jika Soviet hanya dapat mengirimkan satu, dua, atau tiga bom, bom-bom itu haruslah lebih kuat. Ilmuwan senjata Soviet mendorong gagasan itu dengan ekstrem. Awalnya mereka ingin membuat senjata dengan daya ledak 100 megaton dan tingkat radiasi yang tinggi. Namun, politisi Soviet mengkhawatirkan kontaminasi apabila senjata semacam itu diledakan.
"Oleh karena batasan itulah (Tsar Bomba) memiliki daya ledak yang dibatasi, jauh lebih dibatasi dari ide awal. Meskipun begitu, gelombang kejutnya sangatlah kuat dan mengelilingi Bumi hingga tiga kali," kata Sokov.
Walaupun upaya pembatasan agar ledakan bom tidak terlalu parah sudah dilakukan. Pihak berwenang Jepang menemukan tingkat radiasi tinggi dalam air hujan yang pernah terdeteksi. Selain itu mereka juga menemukan awan abu radioaktif yang tidak terlihat melayang ke timur melintasi Samudra Pasifik hingga Amerika Utara.
Baca Juga: Tradisi Hitung Mundur Jelang Tahun Baru Berasal dari Uji Bom Atom
Baca Juga: Telusur Awal Mula Penemuan hingga Percobaan Pertama Energi Nuklir
Baca Juga: Para Mata-Mata yang Membocorkan Rahasia Bom Atom Ke Uni Soviet
Pada saat itu ilmuwan meyakinkan publik bahwa sebagian besar sisa-sisa dari ledakan Tsar Bomba akan tetap berada di stratosfer dan secara bertahap kehilangan radioaktivitasnya pada saat jatuh ke Bumi. Ledakan Tsar Bomba menjadi berita utama di Amerika Serikat pada waktu itu. Mereka sempat terpikir untuk mengambil opsi yang sama dengan Soviet, sama-sama membuat bom hidrogen raksasa. Namun, opsi itu tidak diambil karena berbagai pertimbangan.
"Secara teoretis, tidak ada batasan seberapa besar bom hidrogen dapat dibuat. Tsar Bomba jelas akan membunuh lebih banyak orang (jika digunakan dalam perang). Namun akurasi bisa menjadi pilihan ketika dioptimalkan dan cara inilah yang akhirnya dipilih Amerika Serikat dan diikuti oleh Soviet," jelas Robert Standish Norris, rekan senior untuk kebijakan nuklir di Federasi Ilmuwan Amerika Serikat.
"Semua orang mengerti bahwa Tsar Bomba terlalu besar untuk menjadi senjata praktis. Dari sudut pandang kekuatan penghancur, lebih efisien menggunakan beberapa senjata kecil daripada satu senjata besar," ujar Pavel Podvig, seorang ahli nuklir dan peneliti dari Universitas Princeton.
Pada akhirnya Sokov menjelaskan sekitar tahun 1964, Uni Soviet beralih untuk mengembangkan dari bom hidrogen raksasa ke ICBM atau rudal balistik antarbenua. Rudal ini dapat membawa beberapa hulu ledak nuklir dan dapat menyerang target yang berbeda. Pada tahun 1970-an hanya lima persen dari nuklir Soviet masih dalam bentuk bom yang dapat dijatuhkan dari pesawat.
KOMENTAR