"Rasa kecewa dan iri hati Raden Mas Said kepada Mangkubumi yang langsung mendapatkan tempat sebagai penguasa Yogyakarta, membuat Raden Mas Said ingin melakukan pemberontakan ke Yogyakarta," tulis Ririn Nur Lisdiana Puti.
Ririn menulis dalam skripsinya kepada UIN Sunan Ampel Surabaya yang berjudul Sejarah Perjuangan Raden Mas Said (Mangkunegara I) dalam Mendirikan Kadipaten Mangkunegaran Tahun 1741-1757 M, yang diselesaikan pada 2016.
Sejumlah pemberontakan dilancarkan Raden Mas Said dalam melawan hegemoni Mangkubumi di Yogyakarta. "Hampir sekitar 300 orang tewas dalam pemberontakan Raden Mas Said melawan Mangkubumi," sambung Rendra dalam presentasinya membedah buku Ricklefs.
Berbagai jalan untuk mengakhiri peperangan telah dilakukan oleh kedua kekuasaan, tetapi hasilnya nihil.
"Pada akhirnya, kedua kekuatan melakukan jalan perdamaian antara Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, dan Raden Mas Said untuk mengakhiri pertumpahan darah," imbuh Ririn dalam skripsinya.
Guna meredam pemberontakan Raden Mas Said, Pakubuwana III menawarkan untuk mengembalikan Raden Mas Said ke Surakarta dan memberikan haknya.
"Pada tahun 1757, Raden Mas Said mendapatkan sebagian hak dan kekuasaan dari wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram yang dibuktikan melalui penandatanganan Perjanjian Salatiga oleh Pakubuwana III," lanjutnya.
Sekitar 16 tahun berperang dan memberontak untuk mengembalikan kekuasaan Mataram, Raden Mas Said akhirnya mendapatkan haknya dengan membangun Istana Mangkunegara di Surakarta.
Hutan Mikro Ala Jepang, Solusi Atasi Deforestasi yang Masih Saja Sulit Dibendung?
Source | : | Digital Library UIN Sunan Ampel Surabaya,Soul Catcher: Prince Mangkunegara I (2021) |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR