Baca Juga: Rempah Terlupakan, Sains Berupaya Memuliakan Kapur Barus Kembali
Baca Juga: Temuan Ahli Antropologi di Balik Mantra Misterius dari Barus
Baca Juga: Selidik Jalur Rempah, Jaringan Dagang dan Dakwah Islam di Nusantara
"Tapi kalau jenisnya bukan dari kawasan ini atau Sumatra, tandanya dibawa oleh pelaut dari kawasan lain ke pesisir barat Sumatra, entah dari Nusantara sendiri atau kawasan Asia Tenggara yang lain."
Temuan ini mengindikasikan bahwa situs Bongal merupakan pelabuhan pelayaran mancanegara. Di satu sisi membuktikan aktivitas pada masanya berada di kawasan pasang-surut dengan bukti yang diperkuat adanya sisa-sisa tiang kayu.
Sejak Hindia Belanda, Batavia adalah kawasan kosmopolitan yang disambangi banyak orang dari negeri-negeri jauh untuk aktivitas perdagangan. Keadaan itu membuat percampuran budaya yang melahirkan kebudayaan baru, Betawi.
Kondisi serupa mungkin juga terjadi pada situs Bongal. Ery yakin, kawasan yang tidak terlalu luas ini dahulunya didatangi manusia dari berbagai kelompok bangsa dan berinteraksi langsung dengan penduduk setempat.
Ia membayangkan pada masa kejayaannya, Bongal berhias percampuran suku-suku setempat dan bangsa pendatang. Masyarakat setempat diperkirakan adalah pemasok komoditas alam Sumatra untuk dibawa ke negeri nun jauh.
"Kita lihat sekarang di Tapanuli Tengah bagian barat, kawasan Sibolga dan sekitarnya, ini kan masyarakat yang heterogen juga. Jadi di situ ada campuran antara penduduk atau pendatang dari hulu, orang-orang bermarga dari sekitar Samosir, bertambah-tambah juga dari kawasan dan selatan Sibolga seperti Aceh dan Sumatra Barat," urainya.
"Jadi mixed di sana, sehingga menciptakan yang dikenal sebagai kebudayaan pesisir dengan representasi budaya yang sangat khas."
"Data interaksi itu tidak hanya ditemukan di Bongal saja. Itu kita sampai temukan di pedalaman Mandailing Natal, bahkan sampai Padang Lawas," lanjutnya.
Ery menulis di jurnal Sangkhakala pada 2019. Ia mengungkapkan bahwa di Mandailing Natal terdapat candi Hindu yang berlanggam arsitektur Jawa dengan rentang waktu pemanfaatan awal sekitar abad kesembilan Masehi.
Menariknya, ujarnya, di sekitar candi Hindu ini ditemukan botol kaca yang mereka temukan sejenis di situs Bongal dan Lobu Tua, Barus, dari abad kesembilan Masehi. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, temuan botol kaca adalah barang dagangan yang berasal dari Timur Tengah.
"Artinya, interaksi pendatang dengan orang asli Sumatra sudah terjalin tidak hanya jalur pesisir tapi sampai pedalaman," Ery menyimpulkan.
"Kemudian ada temuan menarik lagi di kawasan percandian Sipamuntung di daerah Padang Lawas. Di sana kami temukan ada koin dari Bukhara, yang berarti interaksi itu melebar sampai pedalaman yang tentunya mereka menjali hubungan dengan kawasan pesisir, dan salah salah satunya—yang saya sinyalir—adalah situs Bongal."
Mengintip Inisiatif 'Blue Carbon' Terbesar di Dunia dari Negara Termiskin di Asia
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR