Nationalgeographic.co.id—Teknologi internet memudahkan manusia untuk mendapatkan berbagai macam informasi. Saat ini, baik anak-anak, remaja maupun orang dewasa akrab dengan teknologi internet dan perangkatnya, seperti laptop ataupun smartphone.
Sebuah survei yang dilakukan terhadap hampir 30.000 siswa sekolah menengah atas di Korea mengungkapkan hubungan antara waktu non-akademik yang dihabiskan dengan bermain internet dan kesehatan mental. Dilansir dari Medical Xpress, remaja yang menghabiskan lebih banyak waktu online memiliki tingkat stress yang lebih tinggi.
Tidak hanya itu, mereka juga memiliki lebih banyak perasaan sedih dan keinginan untuk bunuh diri. Studi ini telah dipublikasikan di jurnal PLOS ONE dengan judul Impact of Internet usage time on mental health in adolescents: Using the 14th Korea Youth Risk Behavior Web-Based Survey 2018 pada 23 Maret 2022.
Penggunaan internet oleh remaja telah terbukti berhubungan dengan masalah emosional dan fisik. Kendati demikian, perlu diselidiki faktor-faktor tepat yang berperan dalam hubungan tersebut. Studi sebelumnya, tidak selalu membedakan jenis penggunaan internet yang membuat interpretasi temuan mereka menjadi sulit.
Dalam studi baru ini, Yeunhee Kwak, Hyejin Kim dan Jung-Won Ahn dari Red Cross College of Nursing, Universitas Chung-Ang, Seoul, menganalisis data dari 29.811 siswa sekolah atas menengah berusia 16 hingga 18 tahun. Ribuan siswa ini menyelesaikan Survei Perilaku Berisiko Berbasis Web Pemuda Korea tahun 2018 lalu. Informasi tentang penggunaan internet non-akademik, kesehatan mental dan karakteristik umum siswa tersedia.
Rata-rata siswa dalam penelitian ini menghabiskan waktu lebih dari tiga jam sehari menggunakan internet untuk tujuan non-akademik. Melansir dari Daily Mail, seperti remaja kebanyakan mereka kemungkinan besar menghabiskan waktu di media sosial dan aplikasi perpesanan instan.
“'Salah satu aspek umum antara remaja dari negara lain dan remaja Korea adalah mereka paling sering menggunakan aplikasi perpesanan instan dan media sosial,” ungkap para peneliti.
“Remaja biasanya mengakses Internet menggunakan ponsel mereka, dan tingkat penetrasi ponsel cerdas yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir telah secara nyata berkontribusi pada peningkatan waktu penggunaan internet,” lanjutnya.
Tercatat rata-rata siswa yang menggunakan internet sekitar tiga jam setiap hari adalah siswa perempuan, kondisi ekonomi kelas bawah, dan mereka dengan nilai lebih buruk cenderung melaporkan lebih banyak waktu.
Baca Juga: Studi Baru: Kaitan Polusi Udara Dengan Gejala Depresi Pada Remaja
Baca Juga: Generasi Putin, Bagaimana Remaja Rusia Memandang Presiden Mereka?
Baca Juga: Terungkap Metabolisme Tubuh Mencapai Puncak Bukan Saat Remaja
Sebanyak 33 persen remaja yang menghabiskan kurang dari tiga jam di internet setiap hari, lebih mungkin untuk melaporkan bahwa mereka dalam keadaan sehat. Sedangkan 17 persen dari mereka yang lebih banyak menggunakan internet, lebih mungkin melaporkan bahwa mereka stres, dan sebanyak sepuluh persen lebih mungkin melaporkan perasaan sedih.
Sejauh ini, angka yang paling mengkhawatirkan adalah bahwa sebanyak 25 persen siswa lebih mungkin untuk berpikir bunuh diri pada satu titik dalam kehidupan mereka. Penyebab pasti tren ini tidak dapat ditentukan, tetapi tim peneliti memiliki beberapa dugaan.
“Penggunaan internet yang berlebihan di kalangan remaja dilaporkan terkait dengan penurunan fungsi fisik dan psikologis secara keseluruhan yang dapat menyebabkan penurunan keterampilan sosial dalam kehidupan nyata, dan akibatnya, remaja ini mengalami isolasi sosial,” jelas para ahli.
Selain itu, hal tersebut dapat memperburuk kebiasaan belajar. Kemudian menurunkan kinerja akademik sambil meningkatkan impulsif dan agresi.
Para peneliti juga meyakini bahwa dukungan aktif dan intervensi diperlukan untuk mengurangi perasaan stres dan kesedihan pada para remaja. Program-program itu mempromosikan penggunaan internet secara sehat, menggantikan penggunaan internet dengan kegiatan sosial dan fisik, dan membantu remaja mempertahankan relasi yang baik.
Source | : | medical express,Daily Mail |
Penulis | : | Maria Gabrielle |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR