Selama bertahun-tahun, perayaan ini dilakukan. Masyarakat tidak menggunakan api dan mengonsumsi makanan dingin. Tradisi ini menyebar ke daerah sekitarnya.
“Awalnya, Festival Hanshi dirayakan di musim dingin dan bisa bertahan hingga satu bulan,” tutur Meridith.
Festival ini dilarang oleh pemerintah karena menyebabkan banyak orang meninggal karena mengonsumsi makanan dingin dalam jangka waktu lama.
Usaha pemerintah tidak berhasil dan tradisi itu berlanjut. Akhirnya, pihak berwenang memindahkan festival dari musim dingin ke musim semi.
Tradisi Qingming sendiri kemudian dicetuskan oleh Kaisar Xuangzong dari Dinasti Tang. Ia melihat masyarakat sering melakukan upacara bagi leluhur. Menghabiskan banyak uang dan merepotkan, sang Kaisar menitahkan bahwa semua upacara dilakukan di pertengahan musim semi.
“Awalnya Festival Hanshi dan Qingming dirayakan bersamaan,” ungkap Meridith. Namun seiring berjalannya waktu, orang-orang hanya merayakan Festival Qingming saja.
Apa yang dilakukan orang selama Festival Qingming?
Festival Qingming sering disebut sebagai Hari Menyapu Makam. Sebutan ini masuk akal mengingat fakta bahwa menyapu makam adalah kegiatan terpenting pada perayaan ini.
Selain membersihkan makam leluhur dan membuat sesajen untuk orang mati, orang-orang juga pergi jalan-jalan menikmati alam. Ada yang menerbangkan layang-layang dan makan makanan khusus selama waktu ini.
Menyapu dan membersihkan makam
Meridith mengungkapkan, “Menyapu makam dipandang sebagai cara untuk menunjukkan rasa hormat kepada leluhur.”
Merupakan bagian penting dalam festival, praktik ini terkait erat dengan tradisi Tionghoa yang berkaitan dengan bakti dan pemujaan leluhur.
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR