Arsitek di balik pembangunan Masjid Süleymaniye adalah Mimar Sinan yang terkenal. Bertanggung jawab atas puluhan masjid Istanbul dan bangunan lainnya, Sinan adalah salah satu tokoh paling terkenal dalam sejarah arsitektur kota.
Dengan aturan ketat soal kubah masjid di masa lalu, ubin menjadi cara untuk memukau jamaah. Sebuah masjid kecil dan sederhana yang tidak dapat menggunakan kubah dan menara besar dapat memukau jamaah dengan keahlian yang rumit.
Salah satu bangunan tersebut adalah masjid akhir abad ke-16 dari pembuat topi Takkeci brahim Agha. Masjidnya yang sederhana dipenuhi dengan ubin warna-warni yang megah yang dibawa dari İznik.
Kota İznik menjadi terkenal pada tahun 1500-an karena industri ubin. Ubin keramik mengkilap yang dibuat di sana menampilkan motif botani seperti tulip, anyelir, dan tanaman merambat.
Yang mengungkapkan, “Beberapa di antaranya dipengaruhi oleh porselen Cina yang berharga di sepanjang Jalur Sutra.”
Bagian-bagian dari Al-Qur'an menghiasi bangunan baik di dalam maupun di luar dalam tulisan kaligrafi yang dicat dan diukir. Ini tidak perlu dibaca untuk menjadi bermakna. Bahkan para penyembah yang tidak dapat mengartikan bahasa Arab akan mengagumi prasasti ini sebagai terjemahan yang indah dari kata suci Tuhan.
Melestarikan tradisi kuno menyambut tamu
Masjid memberikan pengunjung memori akan kebesaran pelindung, kemegahan kota Istanbul, dan kemuliaan agama Islam.
Secara historis, pengunjung non-Muslim bisa mendapatkan akses ke masjid utama kota tanpa banyak kesulitan. “Ini berlangsung hingga kini. Pengunjungi bisa mengunjungi masjid di Turki,” ungkap Rüstem.
Baca Juga: Jejak Diplomasi Politik Mataram Jawa dan Madura di Masjid Sampangan
Baca Juga: Apa Pendapat Muslim di Negara Eropa Barat Tentang Homoseksualitas?
Baca Juga: Masjid Syarif, Perdikan Keraton dalam Dakwah Kiai Syarif di Kartasura
Dulunya, masjid merupakan pusat kompleks yang berisi pemandian, sekolah, rumah sakit, perpustakaan, dan dapur untuk memberi makan orang miskin. Saat ini, pemandian dan pancuran air minum di beberapa masjid masih berfungsi. Struktur lain telah diubah untuk kebutuhan modern, termasuk kafe dan kantor.
Para pelindung yang mendanai kompleks ini kadang-kadang dimakamkan di sebuah bangunan makam terpisah di dalam kompleks. Pengunjung dapat memberikan penghormatan dan para investor mendapatkan pahala di akhirat.
Yang menambahkan, “Orang mungkin berasumsi bahwa masjid-masjid ini akan sunyi dan tertutup. Tetapi kenyataannya, masjid adalah tempat tinggal—pintunya sangat jarang tertutup. Anda mungkin terkejut mendengar jeritan anak-anak dan melihat orang-orang mengambil swafoto.”
Pada akhirnya, itulah tujuan masjid—mengumpulkan orang-orang di ruang indah yang memuliakan Tuhan.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR