Benyamin pernah membuat dua lagu dengan judul sama, Tukang Becak. Lagu pertama membahas tentang kehidupan tukang becak bernama Bang Samiun. Dikisahkan Bang Samiun habis kecelakaan, dan mengajak kawan-kawan sesama tukang becak untuk bersolidaritas melawan pemilik mobil yang menabrak becaknya.
Solidaritas tukang becak sebagai perlawanan rupanya relevan dengan kajian ilmiah sejarah, sebagaimana yang ditulis Erwiza Erman di Jurnal Masyarakat dan Budaya tahun 2011. Meski Erwiza lebih pada konteks politik untuk memenuhi haknya, Purnawan menganggap bahasan itu relevan dengan lagu Benyamin Sueb.
Lagu tentang tukang becak lainnya yang dibuat Benyamin Sueb mengisahkan kehidupan yang nelangsa. Lagu itu dinyanyikan dalam bahasa Jawa beraksen Jawa Tengah bagian barat (Ngapak). Purnawan berpendapat bahwa Benyamin Sueb menggambarkan realitas tukang becak di Jakarta yang asalnya kebanyakan dari daerah itu seperti Tegal, Cirebon, Brebes, dan Pekalongan.
Kehidupan nelangsanya dituliskan dalam lirik "blangsak temen urip tukang becak" yang hidupnya bagaikan kuda yang diperas untuk mencari penumpang.
Ada banyak lagu-lagu yang menggambarkan rakyat kecil yang menarik untuk dijadikan acuan alternatif sejarawan, ajak Purnawan. Contoh, ada Rhoma Irama dengan judul Gelandangan, Ebiet G. Ade pada Nasihat Pengemis dan Cinta Suminah.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR