Nationalgeographic.co.id - Seperti banyak obat-obatan, kafein secara kimiawi membuat ketagihan, sebuah fakta yang diungkapkan para ilmuwan pada tahun 1994. Dalam jurnal Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) edisi ke-5, sakau kafein dikategorikan sebagai gangguan mental.
24 jam pertama setelah seseorang menghentikan asupan kafein, ia akan merasakan gejala sakau. Hal pertama yang muncul adalah ia akan merasa berkabut dan kurang waspada. Otot juga terasa lelah meski tidak melakukan pekerjaan berat.
Jangan heran jika seseorang akan mudah tersinggung atau kesal, ini juga menjadi salah satu gejala sakau dan kecanduan kafein. Seiring berjalannya waktu, sakit kepala pun muncul dan membuat sulit berkonsentrasi.
Akhirnya, tubuh memprotes mengapa kafein tiba-tiba dihilangkan. Seseorang mungkin merasakan nyeri otot yang tumpul, mual, dan gejala mirip flu lainnya.
Bukan, itu bukan gejala kecanduan narkoba. Ini adalah gejala kecanduan kafein, zat yang ditemukan dalam kopi, teh, dan beragam makanan serta minuman.
Bagaimana kafein membuat ketagihan? “Ini berasal dari caranya memengaruhi otak manusia, menghasilkan perasaan waspada yang diinginkan oleh peminum kafein,” ungkap Joseph Stromberg di laman Smithsonian Magazine.
Segera setelah Anda minum (atau makan) sesuatu yang mengandung kafein, kafein diserap melalui usus kecil dan larut ke dalam aliran darah.
Karena bahan kimia ini larut dalam air dan lemak, kafein mampu menembus penghalang darah-otak dan masuk ke otak.
Secara struktural, kafein sangat mirip dengan molekul yang secara alami ada di otak kita, yang disebut adenosin. Kafein juga dapat masuk dengan rapi ke dalam reseptor sel otak kita untuk adenosin, secara efektif menghalangi mereka. Biasanya, adenosin yang diproduksi dari waktu ke waktu mengunci reseptor ini dan menghasilkan rasa lelah.
Ketika molekul kafein menghalangi reseptor tersebut, mereka mencegah hal ini terjadi. Jika ini terjadi, maka akan menghasilkan rasa kewaspadaan dan energi selama beberapa jam.
Selain itu, beberapa stimulan alami otak sendiri bekerja lebih efektif ketika reseptor adenosin diblokir. Semua kelebihan adenosin yang mengambang di otak memberi isyarat kepada kelenjar adrenal untuk mengeluarkan adrenalin, stimulan lain.
Untuk alasan ini, kafein secara teknis bukanlah stimulan tersendiri, tutur Stephen R. Braun, penulis Buzzed: the Science and Lore of Caffeine and Alcohol. Menurutnya, kafein adalah stimulan enabler. Ini merupakan zat yang membuat stimulan alami kita menjadi liar.
Source | : | Smithsonian Magazine |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR